Saturday, October 20, 2007

Just Another Family Dinner...

Adalah sebuah cerita tentang keluarga yang ingin mengadakan acara makan malam kecil-kecilan untuk merayakan ulangtahun kakakku dan omaku yang tanggalnya persis sama...

Sayang cerita ini tidak seseru cerita pertemuan seluruh keluarga besar yang ku-post di blog Desember 2005 lalu. Tapi atas request Droo, akhirnya ku-post juga deh.

Mungkin kalian masih ingat tanteku dari postingan lalu itu. Ya, tante yang sama yang waktu itu berteriak "YA AMPUN, liat tuh jambu bolnya!" waktu pertama kali sampai dan melihat rumah saudaraku yang super megah yang punya JUTAAN benda lain yang bisa dikagumi seperti mobil Jaguarnya atau rumah bertingkatnya. Tapi dia memilih untuk meneriaki jambu bol malang itu. (Omong-omong, apa sih bedanya jambu bol dan jambu biasa? Serius deh, aku nggak tahu.)

Yah, dia cukup mendominasi percakapan makan malam kali ini. Well, oke, semua orang lainnya memang sibuk dengan HP-nya sendiri-sendiri (termasuk aku), jadi dia nggak punya lawan, tapi tetap saja. Awalnya kupikir nggak bakal ada kejadian menarik, mengingat papaku sibuk ngomongin bisnis di telepon dan semua orang lainnya sibuk makan dan ber-SMS dengan entah siapa. Tapi lalu seperti biasa tanteku "menghidupkan suasana".

Awalnya aku nggak begitu mengikuti pembicaraan. Jadi waktu tanteku sibuk nyari tissue, aku nggak begitu peduli. Walaupun sedikit curiga juga kenapa gayanya agak sembunyi-sembunyi begitu. Maksudku, tissue kan bukan barang ilegal atau apa. Tapi dia dan mamaku sibuk kasak-kusuk tentang sesuatu dan membuat rencana yang melibatkan tissue, jadi aku memutuskan untuk memperhatikan.

Tak lama, jelaslah rencana rahasia tersebut. Ternyata, tanteku berniat menyelundupkan pizza-pizza nikmat dari hidangan buffet kami ke dalam tissue untuk dibawa pulang. Aku nggak ngerti buat apa. Serius deh, aku nggak pernah ngerti orang-orang yang membawa pulang makanan dari hidangan buffet (termasuk mamaku, tapi hei, dia kan mamaku, jadi aku bisa bilang apa? Yang penting aku nggak mengikuti contohnya). Kita sudah bisa ngambil makanan SEPUASNYA. Dan itu, setahuku, tidak berarti untuk persediaan besok juga.

Oh, dan dia juga membawa penyelundupan makanan ke level berikutnya dengan berniat menyelundupkan botol Equil yang "bagus, ijo-ijo itu" juga untuk dibawa pulang. Jangan tanya aku bagaimana seseorang bisa menyelundupkan benda sebesar ITU ke dalam tas. Setelah diyakinkan mamaku bahwa ini bukanlah tindakan yang paling bijaksana, dia menyerah. Tapi setelah beberapa percakapan kemudian...

Tanteku: Botolnya...
Semua orang: *nggak terlalu mendengarkan*
Tanteku: Botolnya TUH lho! *menekankan dengan bersemangat*
Semua orang: *menoleh ke botol malang itu*
Tanteku: Bentuknya tuh bagus banget...
Aku: ...........

Jelas, dia masih terobsesi dengan botol hijau sialan itu.

Oh, dan dia dua kali menyebutku kurus. Sekali bahkan "kurus banget". Yang SANGAT tidak benar, karena aku tidak merasakan perubahan sedikit pun. Tidak diet dan tidak olahraga, dan jelas masih suka makan. Jadi aku nggak ngerti dari mana dia mendapatkan kesan kurus itu. Bertanya-tanya sepanjang malam dengan penasaran dan menyimpulkan pasti karena potongan rambut layer baruku yang dibelah pinggir dan sangat ringan, yang pasti membuat mukaku kelihatan lebih langsing atau apa. Baru saja berpikir walaupun sedikit memalukan, dia baik juga, tapi kemudian..

Tanteku: [ke kakakku] Kamu gendut banget ya? Tuh, perutnya buncit gitu!
Aku: ........... *merasakan empati berupa perasaan JLEB*
Tanteku: [ke kakakku] Gimana tuh, gendut begitu? Nanti nggak dapet cewek, lho!
Aku: ............. *merasakan empati berupa perasaan seperti ditimpa sebongkah batu besar*

Astaga. Boleh saja dia bisa memuji, tapi ternyata bisa menyakitkan hati juga. --;

Para orangtua kemudian sibuk mengagumi HP-HP kami dengan noraknya. Mamaku sibuk meminta kakakku memotret semua orang yang ada "supaya kalo telpon bisa keliatan mukanya gede-gede di layar kaya punya papa". Waktu diprotes, dia bilang "biar tahu yang nelepon siapa, karena fotonya yang bakal keluar dan bukan nomernya". Aku menjelaskan padanya dengan sabar bahwa biasanya, nama penelepon juga akan muncul di layar dan untuk apa sih butuh foto segala? Papaku sibuk mengagumi HP-ku yang "hebat ya, kaya kamera beneran, posisinya bisa mendatar begini, dan ini-zoom-nya-gimana-sih?"

Serius deh. Harus ada kursus teknologi khusus untuk para orangtua.

Selebihnya, makan malam itu cukup uneventful, kecuali waktu tanteku mengklaim bahwa semua makanannya tergencet dan memenuhi tasnya. Well, aku nggak bisa bilang apa-apa untuk yang satu itu, karena itu jelas bukan salahku. Setidaknya restoran itu mendapatkan semua botol Equil-nya kembali dengan aman.

0 comments: