Friday, November 23, 2007

The Other Side of Me..?

0
Adalah sebuah cerita tentang seorang mahasiswa yang seumur hidupnya tidak pernah "nyeletuk" di kelas kecuali kalau ditanya secara langsung (dan kadang-kadang pun, dengan sangat menyesal harus mengakui, belum tentu bisa menjawab pertanyaan yang bersangkutan, di mana kalau itu terjadi terpaksa tetap diam seribu bahasa)...

Jadi hari ini ada kelas mata kuliah yang karena satu dan lain hal sudah diambil semua anak di angkatanku (bukan, bukan karena saya failed dan harus ngulang sendirian! Enak aja), menyebabkan aku mengambilnya sendirian bersama anak-anak-angkatan-2006-yang-tak-dikenal. (Yang mana setiap kali aku menyebutkan kalo ikut kelas ini, temen-temenku SELALU kaget seakan aku ngambil kelas yang harusnya udah diambil di semester 1 atau apa. Serius deh. Jangan membuatku merasa terhina begitu dong. Banyak temenku yang ngambil mata kuliah yang udah kuambil sejak 2 semester lalu tapi aku kok nggak pernah heboh waktu tahu mereka baru ngambil sekarang. Parahnya lagi, mereka nggak pernah bisa inget kalo aku ngambil kelas ini walaupun sudah kubilang berkali-kali. Jadi setiap kali aku harus mengulang informasi bahwa aku ngambil kelas ini, SETIAP KALI itu pula mereka kaget dengan menyebalkannya. Huh!)

Intinya, waktu aku masuk kelas dengan PD-nya, baru ada 1 orang di sana plus dosennya. Tak lama satu orang lagi menyusul dan dimulailah kuliah dengan... ya, tiga anak. Yang sangat tidak enak kalau itu kelas di mana aku nggak kenal siapa-siapa dan berjuang untuk tetap invisible di setiap pertemuannya supaya nggak ketahuan kalo aku si-anak-2005-itu-yang-WOW-baru-ngambil-kelas-ini-sekarang.

Dan yang lebih nggak enak lagi, sang dosen mengharapkan reaksi dan antusiasme yang tinggi dari ketiga mahasiswa malang ini. Yang benar saja deh. Di mana-mana kalo kelas isinya cuma 3 orang, pasti nggak ada yang pengen semangat merespon. Melihat keadaan yang menjadikanku satu dari tiga target mahasiswa-yang-nggak-bikin-semangat-ngajar, wajarlah bila aku mulai panik. Jelas bahwa sang dosen nggak akan memberi kuliah panjang lebar dengan gaya monolog dan membiarkan kami duduk tenang, mendengarkan, dan mencatat.

Parahnya lagi, dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan basic dan tak satu pun yang merespon. Oke, ada satu yang akhirnya merespon tapi jawabannya sangat salah. Aku makin merasa ini bakal jadi hari awkward yang panjang. Sang dosen mulai panik sendiri dan memprediksikan bahwa kami semua pasti nggak lulus, kalau keadaannya begini.

Well. Sebetulnya aku tahu jawaban dari semua pertanyaan itu. Tapi seperti yang sudah disebut di awal, aku sama sekali bukan tipe mengacungkan-tangan-untuk-menjawab atau bahkan sekadar mengucapkan jawaban secara spontan kalau ada pertanyaan diberikan di kelas. Saya kan orangnya rendah hati begitu. *ditimpuk*

Singkat cerita, keadaan sudah sangat hopeless. Aku mungkin nggak punya nyali, tapi satu hal yang lebih menggangguku adalah dianggap nggak ngerti apa-apa dan NGGAK BAKAL LULUS. Maaf saja ya. Jadi, aku menatap berkeliling. Orang-orang ini nggak kenal aku. Plus, hanya ada DUA saksi mata di sana (tidak termasuk sang dosen, yang aku yakin bahkan nggak tau namaku). Mereka nggak tahu aku bukan murid tipe Hermione. Jadi mereka nggak bakalan shock kalau aku tiba-tiba menjawab tanpa ditanya langsung. Ya kan?

Jadi sebelum aku menyadari apa yang terjadi, aku mendengar diriku sendiri mengeluarkan jawaban yang benar. Sang dosen tampak girang dan lega karena ternyata bukan salah dia semua mahasiswanya nggak tau apa-apa (walaupun aku nggak yakin itu pantas dijadikan ukuran, mengingat halo, hanya ada TIGA mahasiswa di sana) dan mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Dan aku menjawab lagi. Dan lagi...

Dan sang dosen berterimakasih padaku karena sudah memberikan respon dan meyakinkannya hasil pengajarannya selama ini nggak sia-sia. Aku dengan rendah hati memberikan senyum ah-bukan-masalah-kok. *ditimpuk lagi*

Padahal, dalam situasi seperti itu, well, situasi normal, aku bakal jadi orang terakhir yang akan menyelamatkan keadaan dengan memberikan jawaban spontan dan membuat seorang dosen berterimakasih. Aku jadi bertanya-tanya apakah kuliah di jurusan ini ternyata memang ada gunanya untuk orang sepertiku.