Monday, February 18, 2008

A Fan-Freakin-Tastic Day

5
Kenapa ya belakangan ini blog saya jadi sering didemo buat update? Bukannya nggak seneng sih... cuma... ya gitu deh. Hehehe. Ga jelas ya?

Ya beginilah ceritanya, lagi-lagi hari Senin, dan hari ini adalah salah satu hari terburuk yang pernah ada. Kayanya aku kualat gara-gara sibuk menjelek-jelekkan anak-anak angkatan 2006 yang delusional deh. Karma itu ada, teman!

Hari ini diawali dengan hujan yang mengguyur dari sejak aku bangun tidur. Otomatis pengennya langsung tidur lagi, melihat suasana dingin-dingin empuk seperti itu, tapi naluri-mahasiswa-yang-baikku akhirnya mendorongku turun dari tempat tidur dan bersiap-siap berangkat juga. Sudah berpikir kemungkinan besar pada nggak masuk lagi, tapi ya udahlah, aku masuk aja. Itung-itung absenin yang lain. Baik banget nggak sih aku ini? *ditimpuk*

Yah.. sampe tol ujan udah reda. Kupikir nggak perlu repot-repot bawa payung lagi. Taunya... giliran keluar tol langsung ujan deras lagi. Bagus. Jadi lagi-lagi aku harus mengarungi jalanan becek super-panjang-gak-beratap itu yang bener-bener membuatku heran kadang-kadang apa maksudnya bikin jalan nggak penting sepanjang itu sampai gedung kampus tanpa atap sama sekali, sambil bawa payung dan mencoba melindungi semua barang bawaan dari kebasahan.

Sampai di kelas. Pintu masih kebuka dan orang-orang masih di luar. Awas aja kalo sampe nggak ada kelas. Walaupun ada yang bilang nggak ada kelas (sudah pasti buat membohongi orang-orang naif yang mudah percaya), aku masuk dan mendapati tentu saja, walaupun udah jam 8, nggak ada tanda-tanda kedua makhluk yang kukenal di kelas ini. Aku mengeluarkan HP untuk mencari keberadaan mereka dan menemukan ketidakberuntungan pertama: HP-KU TEWAS.

Perasaan kemaren malem baterenya masih 2 garis deh? Tadi pagi emang tinggal satu tapi mana sempet nge-charge coba? Lagian HP-ku itu nyebelin banget, kalo udah mati gara-gara abis batere gak bakal idup-idup lagi sebelom di-charge. HP Nokia 7610-ku yang lama kalo mati setidaknya masih bisa idup lagi walaupun sebentar, cukup buat kirim SMS darurat. Bagus banget. Tampaknya aku bakal harus mencari supirku secara manual (baca: mengarungi tempat parkir becek bak sawah) nanti setelah kelas selesai karena nggak bisa menelponnya.

Akhirnya si bapak dosen dateng. Telat juga dia ternyata. Pelajaran berlangsung, blah blah blah... kadang-kadang aku melamun atau ngeliat ke luar dan bertanya-tanya kapan selesainya supaya aku bisa cepet kabur. Lalu tiba-tiba, 45 menit sebelum selesai, aku merasakan gelagat aneh. MARABAHAYA AKAN SEGERA DATANG. Indra keenamku praktis memberitakan feeling jelek ini.

Dan benar saja: si bapak mengumumkan bahwa yak... sekarang tugas kelompok. Sampai saat ini aku masih menenangkan diri: anggota kelompokku nggak ada semua tapi gak masalah. Yang penting aku tau tugasnya. Lalu tentu saja, itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan di hari sial ini. Si bapak mengumumkan bahwa kelompoknya bakal ditentuin. Katanya "karena nanti kalo kerja kita nggak bisa milih temen kerja kita, jadi ini untuk latihan". Aku menahan diri untuk nggak menimpuknya dengan HP, karena biar pun udah tewas, sayang kalo ampe kenapa-kenapa. HP-nya, maksudku.

Lalu dia membagi kelompok dan aku masih berharap dia membagi menurut absen. Karena nama Mel dan aku kan deketan di absen. Tapi dia memberikan berita buruk kedua: YANG NGGAK MASUK NGGAK DIITUNG. Bagus. Jadi sudah pasti aku bakal sekelompok dengan anak-anak 2006 tak dikenal. YANG DELUSIONAL DAN AKU JELEK-JELEKIN DI BLOG.

Fantastis.

Aku mendapat kelompok bersama 4 orang lainnya yang kebetulan duduk di deketku. Aku melirik jam dan berpikir, "Ah, paling nggak ini harus berakhir jam 10 nanti. Bisa seburuk apa sih?"

JANGAN PERNAH BERPIKIR HAL IDIOT SEPERTI ITU.

Karena tentu saja kemudian dia mengumumkan kalo tugas itu buat DUA MINGGU LAGI, yang berarti BANYAK WAKTU untuk kerja kelompok, karena omong-omong nanti tugas ini mesti diPRESENTASIKAN.

Fan-freaking-tastic.

Setelah selesai mengumumkan kalimat demi kalimat yang makin menghancurkan jiwa ini dengan tenang, sang dosen pun menyelesaikan kuliah, kelas pun bubar, dan semua meninggalkanku terpuruk sendirian.

Oh, karma, kenapa kau begitu kejam?