Friday, July 24, 2009

Eurotrip!

1
SELAMAT HARI LIBUR!

Yah, sebenernya bentar lagi masuk sih, meskipun aku MASIH belum tau tepatnya kapan (halo, ada yang bisa bantuin?), tapi intinya, kemaren selama libur 2 bulan lebih ini, saya sempat berjalan-jalan ke negara tetangga. Itu... gak jauh-jauh kok, di Eropa sana *ditimpuk*

Kalo mau diceritain semuanya bisa capek. Jadi kuceritain hal-hal menariknya aja ya? Walaupun mungkin ujung-ujungnya cerita perjalanannya jadi sedikit, ehehe...

Keluargaku punya ritual setiap kali kami mau pergi, nggak peduli itu cuma keluar makan, ke luar kota, ataupun ke luar negeri. Prosedurnya begini: beberapa dari kami berkumpul di bawah, siap pergi. Menunggu satu atau dua orang sambil mengerjakan berbagai hal nggak jelas. Satu/dua orang muncul dan bersiap pergi. Yang lain menyelesaikan berbagai hal nggak jelas tadi dan akhirnya melangkah ke luar. Salah satu anggota yang tadi sudah siap tiba-tiba kebelet pipis jadi harus ke kamar mandi lagi. Setelah urusan ini beres, mulai berbondong-bondong keluar lagi. Sampai di garasi, salah satu dari kami bakalan menyadari kalo dompetnya ketinggalan dan masuk lagi. Setelah dia kembali, kami membuat progress sampai masuk mobil di mana paling tidak satu orang lainnya bakal ketinggalan HP dan/atau baru nyadar kalo sandalnya udah mangap dan nggak bisa dipake lagi. Kembalilah mereka ke rumah, dan begitu seterusnya.

Jadi untuk berangkat? Kira-kira membutuhkan paling nggak lima belas menit sebelum mobil bisa dengan sukses dijalankan dengan semua anggota keluarga lengkap di dalamnya.

Begitu juga dengan waktu pulang dari suatu tempat, tapi ini khusus untuk kunjungan ke anggota keluarga lainnya. Aku dan sepupuku biasa membuat kesepakatan berdasarkan observasi yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun:

- Panggilan pertama ("Ayo, ayo, pulang!") harus diabaikan karena itu berarti masih ada sekitar setengah jam lagi sebelum kami betul-betul pergi.
- Panggilan kedua ("Ayo dong, ditungguin, nih!") juga dicuekin saja karena itu berarti masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum kami berangkat.
- Panggilan ketiga yang bersifat mengancam ("Kita TINGGAL loh!") sebaiknya dituruti dengan paling nggak menampakkan diri di dekat pintu keluar, walaupun masih ada sekitar 5-10 menit sisa waktu untuk berbasa-basi dan menyelesaikan pembicaraan nggak jelas.
- Panggilan terakhir, akhirnya, barulah merupakan ajakan pulang yang sebenarnya.

[/pelajaran mengenai rutinitas keluarga saya selesai]

Anehnya, kali ini kami sampai di bandara nggak telat sama sekali, malahan kecepetan. Keajaiban dunia sekali.

Oh ya, dalam perjalanan ini, kami semua juga memiliki role masing-masing:

1. Mama; seksi PANIK ("Kita TELAT LOH! CEPETAN!" "ADUH orang-orangnya udah pada ILANG nanti kita nyasar nggak tau jalan!" "Gak boleh begini-begitu nanti kalo kita DITANGKEP POLISI di luar negeri GIMANAH?!!!" "PASPOR KITA GAK ADA!!!!!!!") Intinya, dia seksi pemacu jantung deh. Dia juga seksi hiperbolis. Aku punya pattern untuk menginterpretasikan omongan Mama. Kalo dia bilang "SEMUA ORANG udah check in!" nggak perlu panik, kemungkinan besar dia ngawur adalah 80%. Kalo dia bilang "LIMA MENIT lagi harus berangkat!" kemungkinannya masih ada sekitar 15 menit lagi.

Kalo dia bilang "ITU ada mesin ATM!"? Kemungkinannya itu adalah mesin penjual makanan kaleng adalah... 100%. (Komentar Papa: "Wah, mesin ATM di luar negeri hebat yah! Lain banget ama yang di Indonesia!")

Oh ya, dia juga seksi pengambil foto. Demen banget ambil fotoku khususnya di mana-mana ("CEPETAN FOTO DI SITU!! DI SITU JUGA!!"), padahal, halo, aku SUDAH pernah ke Eropa, seharusnya dia memburu papaku dan kakakku.

Terakhir, dia seksi belanja tentunya. (Disimpulkan dengan sempurna oleh komentar Papa berikut ini: "Mama kalo ke objek wisata, langsung foto objeknya sekali dari jauh lalu cepet-cepet ngabisin sisa waktunya belanja suvenir." Aku mengangguk-angguk setuju akan kebijaksanaan pernyataan ini) Termasuk juga waktu di bandara, sementara aku dan Papa ngantuk setengah mati dan nyaris jatoh dari bangku gara-gara ketiduran, Mama sibuk ngoceh soal belanja oleh-oleh. Aku pun bertanya-tanya: "Dari mana sih dia mendapatkan energinya yang nggak abis-abis itu?"

2. Papa; seksi menenangkan Mama dan seksi menghindar difoto dan/atau menghalangi foto orang. Ujung-ujungnya kena omel Mama tercinta melulu. Papa yang malang. Seksi paling nggak bisa makan karena dia cinta makanan Indonesia dan ujung-ujungnya ngidam soto melulu. Seksi ahli bahasa Italia ("Let's go eat-O pizza-O! ConcertO ItalianO duO!" Yeah, aku juga nggak ngerti apa yang dibicarakannya... kelihatannya dia yakin apa pun+O = Bahasa Italia)

3. Kakakku; seksi difoto. Kayaknya 70% isi kamera kami foto dia semua. DAN dia bawa DUA kamera. Di setiap tempat bakal minta kami semua gantian fotoin dia dalam berbagai pose dan sudut pandang ("Tadi dari sebelah sini udah? Yang ngadep sini? Kalo gitu sekarang yang ngadep sebelah sana!") Pokoknya, empat penjuru harus dapet semua. Capek deh...

4. Aku; hmm... aku? Seksi menikmati pemandangan dan males difoto. Hahaha...

Yah, intinya sih... aku jenis orang yang lebih suka sightseeing daripada shopping. Waktu kami di Milan, sampai di suatu restoran untuk makan malam, ternyata restorannya masih belom buka gara-gara stafnya masih pada asyik main mahjong. Apa yang grup tur Indonesia ini lakukan? Ngungsi ke toko sebelah yang jualan tas dan...

Lima menit kemudian...

Ibu-ibu di sana pegang tas, mengomentari bagusnya model tas itu. Anak kecil dari keluarga ibu-dan-2-anak itu nyoba-nyoba tas koper yang katanya buat tas sekolahnya. Ibu-ibu modis yang selalu beli barang mahal memegang tas bermerk dan siap-siap menawar harganya. Bahkan si cowok tipe backpacker yang ikut tur sendirian pun sudah di kasir untuk membayar ransel barunya.

Jadi intinya, kami di Milan... restoran yang seharusnya kami kunjungi untuk makan malam belum buka... kami kebetulan, tanpa maksud apa-apa, hal ini nggak termasuk di dalam acara sama sekali, berjalan-jalan ke toko sebelah dan... begitu saja...

TIBA-TIBA SEMUA ORANG BUTUH TAS!

SUNGGUH AJAIB!

Aku, tentu saja, nggak beli apa-apa... tapi mimpi apa si pemilik toko tas itu yah, tiba-tiba tokonya diserbu 22 anggota tur Indonesia yang haus belanja begitu sampai di Milan dan memborong isi tokonya dalam sekejap hanya gara-gara RESTORAN DI SEBELAH BELOM BUKA? Dia betul-betul harus ke sebelah dan menyuruh staf restoran itu lebih sering main mahjong lagi.

Monday, May 04, 2009

One Last Tribute to Mr. Popcorn

1
Judul yang aneh. Hmm.. Kenapa popcorn? Karena garing.

Cerita ini lagi-lagi cerita lama yang gagal terus di-posting karena internet mati melulu, dan giliran udah nyala aku sibuk browsing ke tempat laen dan lupa post. Atau nggak aku lagi nggak mood. Akhirnya sekarang sudah memaksa diri untuk mem-posting cerita ga jelas ini...

Mengenai seorang dosen yang syukur-syukur nggak bakal kutemui lagi (doakan saya lulus UAS yah!)... Yang udah cukup deh kutemui setiap minggu selama 2 semester...

Kita sebut saja dia Mr. Popcorn. Mr. Popcorn lagi-lagi mengatakan hal-hal yang menyebalkan dan patut masuk blog, jadi inilah cerita lengkapnya...

Di suatu hari, adalah kelas pengganti menyebalkan yang kuikuti dengan rajinnya sementara Mel bolos seperti biasa. Seperti biasa pula kalo Mel gak ada, terjadi hal-hal menarik di kelas Mr. Popcorn yang patut dimasukin blog.

Mr. Popcorn: Untuk mencapai word of mouth, harus nyari seorang talker. Dia ini gak bisa orang yang pendiem, harus yang cerewet...
Aku: *merasa tersindir*
Mr. Popcorn: Kalo tipe-tipe murid yang datengnya telat... duduk di belakang... diem aja... keluar duluan... itu jelas gak bisa jadi talkers.
Aku: *merasa tersindir BANGET* Apa-apaan nih dosen?
Mr. Popcorn: Bukannya nyindir lho ya, cuma contoh...
Aku: Yeah, right.

Mr. Popcorn: Logo Lovers artinya orang yang bisa nunjukin logo suatu produk di muka umum untuk mengiklankannya. Kalo untuk kampus kita (seperti biasa, dia selalu menyebut-nyebut kampus kita. Aku sudah lama curiga kalo dia staf-marketing-kampus-garis-miring-sales-kartu-kredit-yang-menyamar-jadi dosen) mungkin... ada nggak ya yang mau make tato logo kampus?
Aku: ..........

Sampe mati pun aku gak mau deh.

Mr. Popcorn: Tapi untuk mengiklankan sesuatu, orangnya harus suka produk itu. Jadi misalnya kalo di kampus kita, mahasiswa yang udah kecewa sama kampus nggak bisa jadi talkers.
Aku: *merasa tersindir lagi, tapi... BETUL BANGET!!*
Mr. Popcorn: *ngomongin sesuatu yang aku dah ga inget, kucatet sih tapi aku ga ngerti apa hubungannya ini ama iPod Touch meskipun ada tanda panahnya... inilah hasilnya kalo nunggu kelamaan sebelum mendokumentasikan sesuatu* ...jadinya ntar disebut local campus kali ya, bukan global campus...
Aku: *merasa terheran-heran karena tumben dia nyela kampus kami tercinta*

Hmm.. cuma itu sih yang kuinget. Gak semenarik waktu aku ada di sana, yah? Barangkali karena udah banyak yang kelupaan. Ahahaha.. tapi intinya kuliah hari itu aku merasa tersindir banget deh. All the more reason never to see Mr. Popcorn ever again!

Wednesday, April 15, 2009

Snippets of My Boring Life - Part II

2
Kayanya aku udah semangat mengabarkan adanya update tapi ga ada yang tertarik.. hiks hiks. Kok pada pergi lagi sih?? *seret Mel & Droo* Kalian kan dua orang pembaca paling setia satu-satunya blogku! Kalo kalian pergi, blog ini bakal bener-bener kaya padang gurun dengan angin bertiup menerbangkan dedaunan... tanpa kehidupan sama sekali! *dramatic mode: ON*

Ya udah ni dilanjutin ceritanya. Sampe mana yah kemaren? Oya, deskripsi SMU kami tercinta (kalau yang ini dimaksudkan secara harfiah, bukan dengan nada sinis seperti kalo aku bilang "kampus kami tercinta"). Setelah masuk, kami langsung menemukan gerombolan teman-teman yang satu kelas dengan kami waktu kelas 3 dulu. Tama langsung jadi inceran cowok-cowok buat dikerjain seperti biasanya, mengingat dia dulu ketua kelas gak resmi merangkap sekretaris merangkap bendahara merangkap maskot kelas. Pokoknya semua urusan kelas dia yang urus deh. Jadi intinya mereka semua langsung nodong dia dengan gaya preman mau ngeroyok anak tak berdosa:

Tersangka #1: Eh, eh, ada si Tama nih, sini sini cepet kita kerjain! *mendorong Tama ke arah pemimpin/bos para calon preman ini*
Tersangka #2: Tama, dulu gue udah bayar uang kas kelas buat sebulan terus UANG GUE DIKEMANAIN HAH?
Tersangka #3: Tama, sini BELIIN GUE MINUM!

Ya dan singkat cerita, Tama stres seketika. Mungkin kalian bertanya-tanya apa yang kami, teman-teman terdekatnya lakukan di saat seperti ini?

Aku: *menepuk pundak Tama* Selamat! Perjalanan kita kembali ke masa SMU sudah resmi lengkap sekarang! Beberapa hal memang gak pernah berubah, ya! *nada ceria penuh kegembiraan*
Tama: ..............

Tama itu maskot yang paling disayangi seisi kelas, kok. Walaupun semua anak suka ngerjain dia, itu dilakukan murni dengan penuh cinta. Ah, hari-hari SMU yang indah! *Tama menangis di pojokan*

Pertemuan berikutnya adalah dengan guru-guru. Dan di sinilah cerita kita yang sebenarnya akhirnya dimulai!! *suara terompet membahana*

Ya jadi ceritanya Miss V kita ini sangat sensitif soal berat badannya. Bukan karena dia gemuk, tapi justru karena dia sangat kurus!! Dan semua orang yang ketemu dia pasti bilang dia kurus banget. Dan dia sudah berusaha makan sebanyak-banyaknya (yang menurutku cara yang agak mengkhawatirkan untuk menggemukkan diri) buat bikin gemuk tapi sampe sekarang ga ada hasilnya. Kalo tanya aku sih, sebaiknya dia menyerah saja karena emang metabolismenya terlalu bagus. *giliran V menangis di pojokan*

Kembali ke pertemuan kami dengan guru-guru lama kami tercinta (beberapa dimaksudkan secara harfiah, beberapa... dengan tidak begitu tulus)

Mantan Kepsek SMU kami: Eh, halo semuanya... *cipika-cipiki* Aduh, V, kamu TAMBAH KURUS AJA!
V: ......
Aku: ^^; Sabar ya...

Lima menit kemudian kami berjalan-jalan ke lantai dua dan menemukan gerombolan guru lain.

Mantan Guru Ekonomi kami: Halo semuanya... aduh udah lama ya, waduh, V, kamu KURUS BANGET SIH?
V: ....
Aku: ^^;;;;
Mantan Guru Kimia kami: Ini si *menyebutkan nama kami satu-per satu dengan hebatnya masih inget* kan? Dan ini, V, ya ampun kamu MASIH KURUS BANGET!
V: ...............
Aku: ^^;;;;;;;;;;;;

Setelah berkeliling mengintip tiap kelas dan mencoba mengidentifikasi tiap guru yang ada di sana (dalam beberapa kasus dengan sangat tidak sukses), beberapa dialog yang terjadi misalnya:

Tama: Itu siapa ya?
V: Guru... bahasa Indonesia kan?
Aku: Bukannya Bahasa Inggris?
Tama: Aduh... inget sih mukanya tapi masa sih? Kayanya bukan deh...
V: Miss A bukan?
Aku: Iya kali?
Tama: Bukaaan! Ini kayanya lain lagi deh!

Akhirnya kami tetap tidak tahu siapa guru misterius itu sampe sekarang. Lalu...

V: Itu Pak J, kan?
Aku: *otomatis terbayang Pak J yang di kampus* Er... *bengong sejenak, memutar memori sampai mendapatkan imej yang tepat* .....

Lima menit kemudian...
Aku: Oh, iya, yang itu! *menengok kanan-kiri, yang laen udah ngilang* Siyal, aku ditinggal.

Tama: Itu guru apa yah... IPA...
V: Fisika, kan?
Aku: Iya, iya, bener!
Tama: Namanya, duh...
V: *menyebutkan satu nama yang nggak familiar*
Aku: Iya ya?
Tama: Kayanya ga ada guru bernama kaya gitu deh... -__-;

Dan akhirnya...

Mantan Pengurus TU Kami: Halo, ini K kan? *menyensor nama sendiri*
Aku: Iya.. *seneng karena diinget*

Setelah kami berlalu...

Aku: Ngomong-ngomong, tadi siapa ya?

Aku jadi nggak enak, gara-gara gak inget! Beneran, deh! Padahal dia inget aku! Tapi ternyata dia adalah pengurus TU dan kayanya inget aku gara-gara aku sering nemenin Tama beli kertas ulangan buat anak-anak sekelas (ingat, dia adalah ketua kelas gak resmi merangkap sekretaris merangkap bendahara merangkap maskot kelas).

Anehnya, nggak satu pun dari kami berhasil mengingat siapa Kepsek SMP kami. Padahal orangnya baik banget loh. Ibu yang malang itu baru ketahuan identitasnya beberapa minggu lalu waktu aku SMS V lagi karena masih penasaran oleh misteri yang tidak terjawab ini, dan dia akhirnya mendapatkan jawabannya setelah mencari di BUKU TELPON. Agak malang memang nasib ibu ini.

Ah, sekolahku tercinta! I miss you so much!

Dan akhirnya, setelah foto-foto ama artis (baca: mantan teman seangkatan kami yang udah jadi artis), lengkap ama guru-guru kami tercinta dulu, kami pun pulang. Ngomong-ngomong soal artis, ternyata dia kuliah di kampusku tercinta juga? (Bukan, bukan kembaran yang itu. Yang satunya!) Hal ini baru terungkap waktu dia bertanya padaku:

Mr. Aktor Terkenal: Lo kuliah di mana?
Aku: *menyebutkan nama kampusku tercinta*
Mr. Aktor Terkenal: Loh, sama dong? Lo jurusan apa?
Aku: Komunikasi.
Mr. Aktor Terkenal: Loh, gue juga! Kok gak pernah ketemu??
Aku: ???

Setauku dia dulu gak kuliah di situ deh. Mel, apa kamu denger gosip dari Valen soal pindahnya Mr. Aktor Terkenal ke jurusan kita? Soalnya aku beneran ga pernah liat dia. Dan omong-omong, aku juga *masih* belum bisa membedakan dia dan kembarannya. (Semua orang: Nggak usah nampakin ekspresi shock yang selalu kalian tunjukkan setiap kali aku bilang ini lagi, deh! Kan udah kubilang aku gak pernah/jarang sekelas ama mereka dan gak pernah punya kesempatan ngebandingin mereka, huh! Aku bisa kok ngebedain anak kembar, dibuktikan dengan kemampuanku membedakan si kembar pinter temen kita anak IPA dulu itu, karena aku pernah sekelas ama dua-duanya secara terpisah dan kalo itu memang keliatan bener bedanya. Kayanya aku perlu kursus ngebedain Mr. Aktor Terkenal dan kembarannya nih) Itulah sebabnya waktu dia bilang dia kuliah di kampusku pertama kupikir dia kembaran satunya (yang memang sudah lama kuliah di sana). Sampe pulang baru aku nyadar kalo dia bukan. *sigh* Memang membingungkan. Jadi sekarang dua-duanya kuliah di sana, dong? Hmm. Ada yang mau minta tanda tangan?

Tuh kan, entrinya panjang abis. Coba kalo gak dibuat bersambung?

Intinya, setelah itu kami pulang. Tapi tidak sebelum mengucapkan selamat tinggal pada guru-guru kami tercinta. Dan tentunya ada pesan terakhir dari:

Mantan Kepsek SMU kami: V, kamu banyak-banyak minum susu yah! Biar nggak TERLALU KURUS!

Tabah ya, V!

Tuesday, April 07, 2009

Snippets of My Boring Life - Part I

2
Er... Halo. *melambai dengan malu-malu*

Setelah membaca-baca ulang beberapa entry lama untuk mencari tahu kenapa seorang temen yang baru membaca blog ini bilang cara nulisku beda banget sama di kehidupan nyata, aku jadi kangen sama blog ini. Dan jadi tergoda untuk update lagi. Padahal kupikir udah nggak bakal ada niat macam itu muncul... tapi inspirasi tiba-tiba datang, lebih sebagai tantangan untuk menulis dengan gaya sinis ala Princess Diaries lagi dan membuat kejadian-kejadian biasa jadi lebih lucu daripada kelihatannya. Lagi pula, akhir-akhir ini ada beberapa kejadian lucu yang kayanya sayang untuk nggak didokumentasikan. Jadinya...

Setelah berhari-hari berjalan keliling dengan ide meng-update blog ini dan masih merasa takut karena sudah lama nggak nulis dengan gaya begini.. akhirnya hari ini karena betul-betul nggak ada kerjaan (sialan, Pet Society sama Restaurant City dua-duanya lagi down... btw, main Restaurant City dong!! Klik di link-nya untuk sign up segera! Dijamin Anda akan langsung ketagihan! *dilempar bata gara-gara malah promosi*)

Plus, aku baru selesai baca buku Princess Diaries terakhir. (Btw, Droo, judulnya Forever Princess. Apa cuma aku yang berpikir Meg Cabot nyolong judul episode terakhir Charmed; Forever Charmed? Karena dia kan sering nyebut-nyebut Charmed di buku-bukunya) Dan aku jadi cukup percaya diri karena biasanya kalo abis baca buku tertentu terus nulis sesuatu, gaya nulisku jadi terpengaruh sama buku yang baru kubaca itu.

Jadilah aku duduk di sini...

...masuk ke blogger.com dengan deg-degan...

bersiap nge-post setelah empat bulan tanpa kabar...

...hmm...

*ditimpuk pembaca karena terlalu bertele-tele kaya sinetron Tersanjung 9 - atau sekarang sudah sampai 23?*

Yah, ini cerita hari Jumat kemaren. Sebenernya tokoh utama cerita ini adalah temenku yang disebut di atas, yang baru baca blog ini. Tenang, aku sudah meminta ijin untuk memasukkannya ke sini dan sudah diijinkan memakai inisialnya. (Pembaca lain protes: "Kok kalo sama kita ga minta izin, main nyebut-nyebut nama aja?" Jawab: Ya gimana ya... soalnya ini masalah yang agak sensitif buat temenku itu. Jadi demi sopan-santun harus minta ijin dulu. Lagian dia kan bukan sesama blogger. Kalo sesama blogger sih, sembarangan sebut-sebut juga ga papa kan, asal di-hyperlink ke blog kalian? *evil laugh* Sudahlah, akui saja. Kalian semua kan doyan promosi/iklan.)

Belom mulai-mulai juga ceritanya, ya? Duh, entrinya dah kepanjangan. Entri berikutnya aja apa ya? Ini jadi teaser atau semacam kata pengantar gitu... *dilemparin bata*

Ya udah. Sekarang deh. Jadi ceritanya kemaren aku dan teman-temanku main-main ke SMU lama kami yang untuk pertama kalinya dalam sejarah mengadakan pensi. (Sekalian ngambil raport. Di sore-malam hari. Jangan tanya aku siapa yang punya ide aneh itu...) Waktu nyampe di sana, kami semua terbengong-bengong melihat gedung yang sudah sangat berubah drastis sekali itu (perhatikan penggunaan berbagai kata superlatif(?) yang sangat hiperbolis dan ya, perlu untuk menekankan poin saya).

Aku: Kok udah berubah banget, sih? Aku gak kenal tempat ini lagi!
N (salah satu teman yang juga dilindungi identitasnya - duh kok serasa lagi jadi jurnalis yang memberitakan artikel kriminal aja ya? "Nona N [bukan nama sebenarnya] kemarin ditemukan sebagai tersangka pembunuh dosennya karena terlalu stres akibat tugas akhir yang sedang dikerjakannya" -> bukannya nggak mungkin terjadi sih mengingat kadar stress N belakangan ini gara-gara skripsinya. Astaga. Aku ini punya short attention span banget sih): Iya. Ini kita DI MANA sih??

Kami pun melangkah masuk dengan PD ke dalem, dan menemukan lebih banyak perubahan-perubahan lagi. Lantai yang semula pake ubin berkotak-kotak biasa sekarang pake linoleum (? maaf penulis bukan ahli dalam bidang perubinan), tembok-tembok bercat warna terang nan ceria, pintu-pintu yang dulu reyot dari kayu dan suka gak bisa dibuka kalo gagangnya copot (ya iyalah) dan bikin orang gak sengaja kekurung di kelas atau di ruang komputer sekarang pake pintu nan chic yang bahannya lebih bagus dan modelnya minimalis (ada yang warna lime green - warna kesukaanku! - btw) plus ada pula yang pake pintu kaca bak di mall segala. Modern banget deh.

Sekarang juga ada locker di tiap kelas (iri banget deh. Dulu kami harus membawa-bawa tas SUPER BERAT setiap hari, tau sendiri kan anak SMA bukunya banyak banget [buku cetak+buku PS+catetan+buku PR, belom lagi kalo ada LKS dan segala macemnya], sebelum kami punya meja berlaci di SMA dan memutuskan dengan pintarnya untuk memindahkan semua buku kami ke sana dan akhirnya setiap hari nyaris ga perlu bawa apa-apa ke sekolah), walaupun di sampingnya masih ada rak buat naro botol minum [khusus bagian SD(?)] yang menimbulkan nostalgia... terus sistemnya juga udah berubah.

Gak ada lagi stay di satu kelas sepanjang tahun, sekarang modelnya internasional jadi tiap pelajaran pindah kelas. Duh, gak enak banget... gak ada lagi dong kelas-kelas yang kompak dan asyik kaya jamanku dulu. Kalo kuliah pindah-pindah kelas sih gak papa, tapi kalo sekolah... dulu aku selalu benci sistem itu terutama kalo pisah kelas sama temen-temenku (yang kayanya selalu terjadi padaku) tapi setelah kupikir-pikir lagi, sistem itu bener-bener khas sekolah banget dan sayang kalo ditinggalin. Gara-gara itulah kelasku jadi kompak banget dan sampe sekarang pun masih terus contact anak-anaknya...

Tama si kucing petualang si calon koki hebat (juga bukan nama sebenarnya. Nama panggilan ini muncul gara-gara pada jaman dahulu namanya ditulis salah cetak di koran sekolah kami. Kami semua menganggapnya lucu sekali [kecuali dia, tentunya]. Jadi kalo sampe sekarang dia masih dipanggil begini, ini semua salah si penulis artikel) cukup histeris waktu ngeliat ruang PKK kami yang dulu basically cuma satu ruang kelas plus meja-kursi plus kompor dan tempat cuci sekarang berubah high-tech dengan alat-alat stainless steel yang kita bahkan gak tau namanya (oke, mungkin si Tama tahu, tapi kami yang dulu-PKK-cuma-main-masak-masakan-dan-bukan-masak-beneran-plus-cuma-milih-tuh-pelajaran-gara-gara-pilihan-satunya-Elektro-dan-daripada-kesetrum [mengingat kemampuan praktek fisika kami yang sangat diragukan]-mendingan-main-masak-masakan-kan?-plus-abis-itu-bisa-makan-enak-pula-DAN-halo-cowok-yang-kusukai-waktu-itu-juga-pilih-itu [don't judge!] sama sekali gak tau)

Lantai duanya lebar abis, bisa buat lari-larian plus main bola. V (tokoh utama kita!) juga bilang anak-anak cowok di kelas kami yang norak (diucapkan dengan nada penuh sayang, tentunya) itu pasti bakal langsung pake itu buat main bola kalo kami masih sekolah di sana.

... Masih belum nyampe inti ceritanya juga. Udah capek belum? Aku udah. Nyambung entri berikutnya ah. Sekali-kali bikin cerita bersambung biar misterius... *evil laugh*

...
Padahal sih aslinya males. Dan aku juga agak gak suka entri yang terlalu panjang, bikin scroll-nya gak kira-kira. Iya, aku kan perfeksionis.

Jadi: TO BE CONTINUED!

*ditimpukin segala macem benda dari berbagai arah*

Maaf ya, saya kan baru belajar nulis blog lagi! Mohon dimaklumi! Janji deh entri berikutnya akan di-post sebelum akhir abad ini.

*dibunuh*