Friday, July 24, 2009

Eurotrip!

1
SELAMAT HARI LIBUR!

Yah, sebenernya bentar lagi masuk sih, meskipun aku MASIH belum tau tepatnya kapan (halo, ada yang bisa bantuin?), tapi intinya, kemaren selama libur 2 bulan lebih ini, saya sempat berjalan-jalan ke negara tetangga. Itu... gak jauh-jauh kok, di Eropa sana *ditimpuk*

Kalo mau diceritain semuanya bisa capek. Jadi kuceritain hal-hal menariknya aja ya? Walaupun mungkin ujung-ujungnya cerita perjalanannya jadi sedikit, ehehe...

Keluargaku punya ritual setiap kali kami mau pergi, nggak peduli itu cuma keluar makan, ke luar kota, ataupun ke luar negeri. Prosedurnya begini: beberapa dari kami berkumpul di bawah, siap pergi. Menunggu satu atau dua orang sambil mengerjakan berbagai hal nggak jelas. Satu/dua orang muncul dan bersiap pergi. Yang lain menyelesaikan berbagai hal nggak jelas tadi dan akhirnya melangkah ke luar. Salah satu anggota yang tadi sudah siap tiba-tiba kebelet pipis jadi harus ke kamar mandi lagi. Setelah urusan ini beres, mulai berbondong-bondong keluar lagi. Sampai di garasi, salah satu dari kami bakalan menyadari kalo dompetnya ketinggalan dan masuk lagi. Setelah dia kembali, kami membuat progress sampai masuk mobil di mana paling tidak satu orang lainnya bakal ketinggalan HP dan/atau baru nyadar kalo sandalnya udah mangap dan nggak bisa dipake lagi. Kembalilah mereka ke rumah, dan begitu seterusnya.

Jadi untuk berangkat? Kira-kira membutuhkan paling nggak lima belas menit sebelum mobil bisa dengan sukses dijalankan dengan semua anggota keluarga lengkap di dalamnya.

Begitu juga dengan waktu pulang dari suatu tempat, tapi ini khusus untuk kunjungan ke anggota keluarga lainnya. Aku dan sepupuku biasa membuat kesepakatan berdasarkan observasi yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun:

- Panggilan pertama ("Ayo, ayo, pulang!") harus diabaikan karena itu berarti masih ada sekitar setengah jam lagi sebelum kami betul-betul pergi.
- Panggilan kedua ("Ayo dong, ditungguin, nih!") juga dicuekin saja karena itu berarti masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum kami berangkat.
- Panggilan ketiga yang bersifat mengancam ("Kita TINGGAL loh!") sebaiknya dituruti dengan paling nggak menampakkan diri di dekat pintu keluar, walaupun masih ada sekitar 5-10 menit sisa waktu untuk berbasa-basi dan menyelesaikan pembicaraan nggak jelas.
- Panggilan terakhir, akhirnya, barulah merupakan ajakan pulang yang sebenarnya.

[/pelajaran mengenai rutinitas keluarga saya selesai]

Anehnya, kali ini kami sampai di bandara nggak telat sama sekali, malahan kecepetan. Keajaiban dunia sekali.

Oh ya, dalam perjalanan ini, kami semua juga memiliki role masing-masing:

1. Mama; seksi PANIK ("Kita TELAT LOH! CEPETAN!" "ADUH orang-orangnya udah pada ILANG nanti kita nyasar nggak tau jalan!" "Gak boleh begini-begitu nanti kalo kita DITANGKEP POLISI di luar negeri GIMANAH?!!!" "PASPOR KITA GAK ADA!!!!!!!") Intinya, dia seksi pemacu jantung deh. Dia juga seksi hiperbolis. Aku punya pattern untuk menginterpretasikan omongan Mama. Kalo dia bilang "SEMUA ORANG udah check in!" nggak perlu panik, kemungkinan besar dia ngawur adalah 80%. Kalo dia bilang "LIMA MENIT lagi harus berangkat!" kemungkinannya masih ada sekitar 15 menit lagi.

Kalo dia bilang "ITU ada mesin ATM!"? Kemungkinannya itu adalah mesin penjual makanan kaleng adalah... 100%. (Komentar Papa: "Wah, mesin ATM di luar negeri hebat yah! Lain banget ama yang di Indonesia!")

Oh ya, dia juga seksi pengambil foto. Demen banget ambil fotoku khususnya di mana-mana ("CEPETAN FOTO DI SITU!! DI SITU JUGA!!"), padahal, halo, aku SUDAH pernah ke Eropa, seharusnya dia memburu papaku dan kakakku.

Terakhir, dia seksi belanja tentunya. (Disimpulkan dengan sempurna oleh komentar Papa berikut ini: "Mama kalo ke objek wisata, langsung foto objeknya sekali dari jauh lalu cepet-cepet ngabisin sisa waktunya belanja suvenir." Aku mengangguk-angguk setuju akan kebijaksanaan pernyataan ini) Termasuk juga waktu di bandara, sementara aku dan Papa ngantuk setengah mati dan nyaris jatoh dari bangku gara-gara ketiduran, Mama sibuk ngoceh soal belanja oleh-oleh. Aku pun bertanya-tanya: "Dari mana sih dia mendapatkan energinya yang nggak abis-abis itu?"

2. Papa; seksi menenangkan Mama dan seksi menghindar difoto dan/atau menghalangi foto orang. Ujung-ujungnya kena omel Mama tercinta melulu. Papa yang malang. Seksi paling nggak bisa makan karena dia cinta makanan Indonesia dan ujung-ujungnya ngidam soto melulu. Seksi ahli bahasa Italia ("Let's go eat-O pizza-O! ConcertO ItalianO duO!" Yeah, aku juga nggak ngerti apa yang dibicarakannya... kelihatannya dia yakin apa pun+O = Bahasa Italia)

3. Kakakku; seksi difoto. Kayaknya 70% isi kamera kami foto dia semua. DAN dia bawa DUA kamera. Di setiap tempat bakal minta kami semua gantian fotoin dia dalam berbagai pose dan sudut pandang ("Tadi dari sebelah sini udah? Yang ngadep sini? Kalo gitu sekarang yang ngadep sebelah sana!") Pokoknya, empat penjuru harus dapet semua. Capek deh...

4. Aku; hmm... aku? Seksi menikmati pemandangan dan males difoto. Hahaha...

Yah, intinya sih... aku jenis orang yang lebih suka sightseeing daripada shopping. Waktu kami di Milan, sampai di suatu restoran untuk makan malam, ternyata restorannya masih belom buka gara-gara stafnya masih pada asyik main mahjong. Apa yang grup tur Indonesia ini lakukan? Ngungsi ke toko sebelah yang jualan tas dan...

Lima menit kemudian...

Ibu-ibu di sana pegang tas, mengomentari bagusnya model tas itu. Anak kecil dari keluarga ibu-dan-2-anak itu nyoba-nyoba tas koper yang katanya buat tas sekolahnya. Ibu-ibu modis yang selalu beli barang mahal memegang tas bermerk dan siap-siap menawar harganya. Bahkan si cowok tipe backpacker yang ikut tur sendirian pun sudah di kasir untuk membayar ransel barunya.

Jadi intinya, kami di Milan... restoran yang seharusnya kami kunjungi untuk makan malam belum buka... kami kebetulan, tanpa maksud apa-apa, hal ini nggak termasuk di dalam acara sama sekali, berjalan-jalan ke toko sebelah dan... begitu saja...

TIBA-TIBA SEMUA ORANG BUTUH TAS!

SUNGGUH AJAIB!

Aku, tentu saja, nggak beli apa-apa... tapi mimpi apa si pemilik toko tas itu yah, tiba-tiba tokonya diserbu 22 anggota tur Indonesia yang haus belanja begitu sampai di Milan dan memborong isi tokonya dalam sekejap hanya gara-gara RESTORAN DI SEBELAH BELOM BUKA? Dia betul-betul harus ke sebelah dan menyuruh staf restoran itu lebih sering main mahjong lagi.