Saturday, November 08, 2008

Just Another Family Dinner 2: A Sequel

0
Cerita lama sih... tapi si Droo ngotot nyuruh update, ya sudah ^^ Kenapa ya kalo update blog ini rasanya jadi males?

...krik, krik.

Ya iyalah.. gak ada yang baca gitu -__-; Well, kecuali satu-dua orang. Dan aku merasa di blog ini aku harus menulis kejadian yang lucu-lucu dan menghibur, gak bisa curhat soal hal-hal yang terlalu depresif gara-gara blog ini bisa diakses praktis siapa saja... sama sekali tidak aman untuk membeberkan rahasia terdalam hati seorang agen rahasia!

*angin berhembus*

Mm.. iya. Poinnya adalah: cerita tentang makan malam keluarga lainnya. Cerita favorit pembaca sekalian di mana pasti terjadi kejadian-kejadian menarik. Terutama kalo ceritanya featuring... ya, siapa lagi, Tante Jambu-Bol-Garis-Miring-Penyelundup-Botol-Equil favorit kita semua! Masih ingatkah kalian akan dia? Dia sudah muncul di dua cerita sebelumnya, yang pertama cerita Natal yang kalo nggak salah di blogku yang dulu, dan yang kedua cerita makan malam keluarga yang kayaknya ada di entry awal-awal blog ini (males banget nge-linknya).

Sebetulnya cerita kali ini nggak selucu yang sudah-sudah. Maklumlah, sekuel. Tahu kan gimana sekuel jarang bisa menandingi cerita aslinya.

Duh. Garing banget nih rasanya. Udah lama gak nulis dengan gaya seperti ini -_-;

Omong-omong, si Tante kemaren baru dateng ke rumah. Aku jadi merasa bersalah nih. Tulis nggak ya? *digaplok pembaca yang udah gak sabaran*

Ya udah, tulis deh. Kita buka saja aib keluarga ini...

Jadi ceritanya ini makan malam ulangtahun kakak dan omaku yang kebetulan tanggalnya bersamaan, dan dirayakan dengan makan-makan di Sushi Tei! Kenapa Sushi Tei? Karena mamaku nanya padaKU mau makan di mana. Ya, aku.

Mama: Enaknya makan di mana?
Aku: *memandang mama beberapa saat, mencoba mengira-ngira apa dia salah mengira aku sebagai kakakku. Rasanya nggak mungkin, soalnya 1) dia cowok dan 2) beda banget gitu loh. Tapi kalo nyebut nama emang sering salah. Seringnya tiga-tiganya disebut dan yang bener munculnya paling belakang. Mungkinkah ini gejala kepikunan yang mencapai tingkat berikutnya?*
Aku: Aku yang nentuin?
Mama: Iya.

Yang punya hajat siapa, sih?? Ya udah deh. Emang gue pikirin. Malah kesempatan bagus untuk memilih restoran favorit~

Aku: *dengan yakin dan tegas* SUSHI TEI!
Mama: Oke deh.

Hore! Kita makan sushi! Untuk suatu alasan yang tidak bisa dijelaskan, mengingat ini bahkan bukan ulangtahunku!

Sampai di sana, semua orang sibuk pesen sana-sini. Kecuali beberapa orang seperti papaku yang nggak begitu suka masakan Jepang, semua orang keliatan kayak belom makan seminggu, terutama yang cowok-cowok. Aku tentu saja memesan menu-menu favoritku dengan senang hati juga.

Papa: Duh, nggak ada yang enak ini...
Mama: Abis dia maunya makan di sini... *melirikku*
Aku yang inosen dan tak berdosa: *melotot* LOH??

Kok sekarang aku disalahin?? -___-; Jelas-jelas tadi memang aku yang disuruh milih. Udah tahu juga aku paling suka sushi. Dasar ibu-ibu >___>

Yah, akhirnya aku tidak mempedulikan tudingan tidak beralasan itu dan meneruskan makan. Lalu sampai waktunya pesan dessert! Sepupuku pesen entah apa dan aku pesen es krim wafer nikmat. Waktu pesenanku dateng, Tanteku yang terkenal itu tentu saja memberikan komentar kagum random-nya yang biasa:

Tanteku: Liat tuh, (ngomong ke sepupuku) pesenannya lebih lucu! *menunjuk pesenanku*
Aku: ....

Gak apa-apa. Sudah biasa kok. Serius ini dialog nggak dibuat-buat loh, btw. Orisinil. Aku juga nggak ngerti bagaimana dia bisa selalu melihat sisi yang nggak dilihat orang lain. Misalnya gimana dessert-ku terlihat lebih LUCU daripada punya sepupuku, dan dia mengatakannya seolah-olah sepupuku harusnya jealous atau berusaha memesan sesuatu yang lebih lucu lagi (oh ya, ini sepupuku yang sering "bersaing" denganku itu, pernah kuceritakan di entry lain juga, mungkin di blog lama. Setelah kakaknya mengikuti "jejakku" masuk kampus yang sama denganku, surprise surprise... dia memutuskan untuk masuk ke sana juga! Aku betul-betul memutar bola mataku waktu mamaku ngasih tahu berita ini. Ada apa sih dengan keluarga ini?? Dan dia juga meminta nasehatKU soal kuliah! Aku yang bukan cuma salah masuk jurusan tapi juga salah milih kampus!! Kalau dia betul-betul mau minta nasehatku, bakal kusuruh dia jauh-jauh dari kampusku, tapi kayaknya dia nggak bakal menganggapnya niat baik dan mengira itu undangan bersaing lainnya lalu malah masuk sana. Sigh... some families are just that dysfunctional.)

Kembali ke Tante kita yang spotlight-nya sempat teralihkan sesaat. Kalian tahu kan tempat... er.. jahe(?) di Sushi Tei yang ada penjepitnya buat ngambil, karena bentuknya lembaran? Well.. aku melihat Tanteku mengamatinya, lalu mengatakan kalimat terkenal itu:

Tanteku: Penjepitnya lucu ya.

Deja vu!! Deja vu Botol-Equil-ijo-ijo-bagus-itu!!

Aku yang mulai menyadari tendensi kleptomaniak ini mulai mengamati gerak-gerik tanteku dengan curiga. Dan benar saja!! Di akhir makan malam, dia mengeluarkan penjepit itu dari tempat jahe, membungkusnya dengan tissue, dan menyelundupkannya ke tasnya!!!! ARGGH, aku punya Tante Kleptomaniak Penjepit Jahe!! (Atau lebih tepatnya, Tante Kleptomaniak Benda-Benda Lucu di Restoran)

Aku cuma mengamatinya sambil melotot nggak percaya. Dan kali ini nggak ada seorang pun yang mencegahnya karena... nggak tahu deh. Mungkin karena penjepit itu nggak segede botol Equil. Tapi.. staf Sushi Tei yang malang!! Mereka nggak bakal menemukan penjepit jahe yang hilang secara misterius itu selamanya!! Aku sudah bisa membayangkan headline di koran-koran, "Penjepit Jahe Hilang Secara Misterius dari Restoran Sushi Tei, Pondok Indah". Hmm... mengingat kami reserve meja, mereka bakal tahu nama orang terakhir yang makan di meja itu sebelum si penjepit jahe menghilang. Dan.. nama kami akan tercemar selamanya. Lalu bagaimana kalau kami di-black list dari semua Sushi Tei gara-gara tanteku?? Tidakkk... Sushi Tei restoran favoritku!!

Omong-omong, dia juga membawa pulang tempat dessert sepupuku setelah isinya dihabiskan. Kurasa walaupun secara keseluruhan es krimku lebih lucu, sepupuku tetap menang karena dia punya mangkuk lucu sebagai tempatnya dan aku cuma punya piring biasa.

Argh. Aku betul-betul nggak kepingin melihat adanya Just Another Family Dinner 3.

Edited later

OMG. O.M.G.

Aku baru saja melihat kembali entry Botol Equil untuk membandingkan kedua kasus dan tahu apa paragraf pembukanya?

Adalah sebuah cerita tentang keluarga yang ingin mengadakan acara makan malam kecil-kecilan untuk merayakan ulangtahun kakakku dan omaku yang tanggalnya persis sama...

!!!!

KEDUANYA SAMA-SAMA MAKAN MALAM MERAYAKAN ULANGTAHUN MEREKA!!

Apakah ini artinya setiap tahun, saat kami merayakan ulangtahun kakak dan omaku, tanteku bakal menyelundupkan sesuatu dari restoran? Apakah ini pola behavior kleptomaniak tersebut? Apakah para petugas yang menginvestigasi bisa langsung melihat kesamaan ini dan menangkap kami pada family dinner berikutnya??

So much for hoping there won't be another sequel.

Thursday, June 26, 2008

Executive-Class-Newbie on A Plane [Snakes on A Plane: A Sequel]

2
Mmm.. oke, cerita ini memang udah lama banget. Tapi sayang kalo gak dimasukin. Waktu kejadiannya aja panik banget nyari-nyari bolpen dan kertas untuk nulis supaya jangan sampe lupa. Sayangnya bolpen ada di tas tapi ga ada kertas di dalam pesawat. Adanya cuma kantong buat muntah, dan... aku gak mau diliatin pramugari dengan curiga lagi nulis-nulis di atas kantong itu. Yep, akhirnya... berjuta-juta tahun kemudian baru cerita ini bisa didokumentasikan.

Jadi begini ceritanya, kira-kira seminggu lalu aku kabur ke Singapore lagi untuk men-stok ulang buku-buku berbahasa Inggris keren yang kayaknya ada di semua negara kecuali di sini. Lalu entah bagaimana aku berakhir dengan tiket Executive Class sementara mamaku di Economy Class. Jadilah aku duduk sendiri, tanpa teman, sendirian...

Di Executive Class.

Ini baru kali keduanya aku duduk di sana. Yang pertama terjadi beberapa waktu lalu, waktu aku, mama, papa, dan kakakku lagi jalan-jalan ke Bali. Dalam perjalanan pulang, waktu mau masuk pesawat, tiba-tiba si pemeriksa tiket memanggil kami dan menyuruh kami tunggu sebentar. Kami berpandangan panik. Apakah kami ketahuan menyelundupkan barang ilegal? Apakah paspor kami palsu? Apakah kami diduga sebagai teroris? *ditimpuk karena kebanyakan nonton film action*

Ternyata, kami di-upgrade ke Executive Class.

Tapi kejadian itu ternyata nggak banyak menolong, mengingat kekacauan yang terjadi pada perjalanan kali ini. Aku sudah lupa pengalaman dulu itu, jadi masih agak norak deh waktu terbang ke Singapore itu. Well, intinya sih, kalo duduk di sana, pramugari rajin mondar-mandir ngasih segala macem. Kayaknya jarang banget dapet waktu untuk sendiri. Awalnya dikasih minum (dalam gelas, sementara di Economy Class dalam kemasan plastik yang harus dibuka sendiri dan kalau sampe muncrat dalam prosesnya tanggung sendiri akibatnya), dan sesudah itu take off tak lama kemudian. Aku cukup senang karena sebelahku kosong, bahkan kursi di seberang gang barisanku juga kosong. Hmm... serasa private jet sendiri.

Setelah take off, aku memundurkan sandaran kursi. Secara instingtif memencet tombol yang paling depan. Ups. Lho? Kok malah sandaran kaki yang naik? Aku nunduk dan ngeliat ternyata ada tiga tombol. Hmm, satu untuk mundurin dan satu untuk majuin lagi. Yang kupencet tadi buat sandaran kaki. Biasanya di Economy cuma ada satu. Setelah mempelajari ini, aku memencet tombol yang benar, dan mumpung tuh sandaran kaki dah setengah keluar, kupencet juga biar keluar sekalian.

Ahh... nyaman.

Waktu makan pun datang. Untungnya aku ingat fakta yang satu ini dari penerbangan di Executive Class sebelumnya; meja ada di bawah handrest, bukan di sandaran kursi depan. Dengan bangga mengeluarkan meja sebelum si pramugari datang untuk menghidangkan makanan (yang entah bagaimana aku cuma dapet sisa dari 2 pilihan yang ada, padahal penumpang di kelas itu sedikit. Huff...). Ternyata makan sambil sandaran kakinya naik itu nggak enak. Nah, waktu aku mau nurunin lagi inilah sedikit masalah terjadi.

....
....
....

Yang mana tombolnya??

Aku memeriksa tombol di handrest sebelah kanan. Ada gambar sandaran kaki lagi, tapi waktu kucoba gak terjadi apa-apa. Yang ada malah tuh sandaran makin melorot ke bawah. Duh. Gimana cara naikinnya lagi?? Sial. Sial. Nanti pas mendarat kan semuanya harus dibalikin ke posisi awal. Haruskah aku nanya dan mengaku aku gaptek di Executive Class? Panikpanik.

Aku memutuskan untuk makan dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Masih banyak waktu untuk mencari tahu cara mengembalikannya ke awal... Setelah selesai makan, sang pramugari yang setia melayani menawarkan sekontainer kecil es krim Haagen Dasz. Haagen Dasz! Yang mahal itu! *norak mode: ON*

Aku segera mencomot yang rasa cokelat dengan PD. Setelah sang pramugari pergi, aku menatap tu kontainer kecil. Mmm... sendoknya mana ya? Aku memeriksa peralatan makanku dan hanya menemukan satu sendok. Hm. Hm. Aku memutuskan untuk membuka tutupnya saja, berharap sendoknya akan muncul secara ajaib di dalamnya...

Dan ternyata, memang ada sendok di dalam sana. Oh.

Yah, setidaknya, kurasa itu sendok. Bentuknya agak gak jelas. Dua ujungnya bulet dan panjangnya gak seberapa. Lebih mirip tutup kaleng Coca Cola tanpa lubang. Meskipun gak yakin aku bisa makan dengan itu, dan masih gak yakin itu memang sendok, akhirnya aku memakainya dengan PD, berdoa agar si pramugari gak ngeliat trus ngedatengin dan menjelaskan dengan sopan bahwa itu bukan sendok, melainkan... apalah. Benda nggak penting yang tidak seharusnya dipakai untuk makan pokoknya.

Tapi aku berhasil menghabiskan es krim itu dengan tenang, walaupun sedikit susah payah. Setelah semua peralatan makan dibereskan, aku kembali mengutak-atik tombol-tombol untuk mencari cara mengembalikan sandaran kaki sialan itu ke posisi awal. Kudorong-dorong sekuat tenaga tapi gak ada yang berhasil. Akhirnya aku memutuskan untuk baca buku aja dan menghadapi yang harus dihadapi kalau sudah waktunya saja.

Di tengah-tengah kegiatan membaca, tiba-tiba mendapat pencerahan. Kenapa gak pake tombol yang sama yang tadi buat ngeluarin aja? Kucoba lagi tuh tombol. Kudorong sekeras mungkin tuh sandaran. Dan... bergerak! Akhirnya! Yay! Ternyata memang tombol itu. Dan ternyata memang butuh sedikit tenaga. Berhasilllll.

Sebelum mendarat, si pramugari menyuruhku mengembalikan sandaran kursi ke posisi awal. Tidak lupa dengan petunjuk "tombol yang paling belakang". Yang ITU sih aku tahu.

Monday, May 05, 2008

And The Award For Cheesiest Speech Goes To...

3
Hmm.. kemaren waktu lewat kampus kebetulan mendengar speech-nya para calon-calon Miss Kampus Kita Tercinta. Cukup menarik sebetulnya. Dua yang kuinget jelas:

Cewek-Entah-Siapa: "Saya dan teman-teman saya, keduabelas finalis yang ada di sini saat ini, semuanya berbeda-beda. Kami bagaikan pelangi yang berwarna-warni..."

Terakhir kali aku belajar tentang pelangi, kayanya warnanya cuma tujuh deh. So kira-kira kalo sampe dua belas ditambahin warna apa aja ya?

Cewek-Entah-Siapa-Lagi: "Hari ini... saya berdiri di sini... bukan karena kekuatan saya sendiri. Bukan karena kemampuan saya sendiri..."

Karena Cinta-kah? Itu loh, lagunya Joy si Indonesian Idol.

Cewek-Entah-Siapa-Lagi melanjutkan pidatonya, sayangnya bukan dengan kata-kata "Karena cinta". Lupa dia bilang karena apa. Tapi sumpah deh, poinnya adalah, waktu aku ngedengerin semua speech super puitis dan inspirasional itu, yang ada pengen ngakak keras-keras. Tapi kan gak enak, ntar disangka gak waras.

Tapi beneran deh. Mereka itu SERIUS ya? Mereka SERIUS berpikir pidato itu BAGUS? INSPIRASIONAL? OMG. Aku emang gak pernah tertarik untuk aktif dalam kegiatan sekolah atau apa, tapi... aku juga nggak pernah membayangkan kalo speech-speech itu bisa begitu... cheesy. Pretty much made me cringe. SERIUS DEH. Entah apa yang dijanjikan atau diajarkan kampus kami, tapi yang jelas itu benar-benar menggelikan sekali. Dan aku yakin orang yang nggak sesinis aku pun bakal setuju, jadi ini bener-bener penilaian yang objektif.

Ugh. Still can't get over how cheesy that whole thing was. UNBELIEVABLE.

Thursday, April 03, 2008

Another Dinner, Another Awkward Moment

3
Maaf, updatenya telat banget. Kejadian di bawah ini terjadi pada hari Minggu. Tapi karena satu dan lain hal (baca: life is being a bitch), baru bisa update sekarang. Jadi begini ceritanya. Keluarga besarku itu cukup multikultural. Bahkan keponakanku aja bule. Jadi nggak heran kalo aku punya sepupu-sepupu bule nun jauh (gak jauh si sebenernya) di Australia sana. Valen pasti demen dan girang banget deh kalo denger ini. Tapi maaf, saya gak norak kaya dia.. *ditimpuk Valen*

Yah jadi ceritanya salah satu sepupuku yang paling tua dateng hari Minggu kemaren. Iya, yang bule itu. Tapi kalo ada yang niat pengen minta dikenalin mending nggak usah, soalnya dia dateng ama pacarnya (tenang, bukan hanya Anda yang patah hati). Mo tau ganteng apa nggak? Ya pastilah... gen keluargaku gitu *dilempar bata*

Hmm.. jadi intinya pas ketemu di bandara aku mengulurkan tangan dengan sopan untuk salaman, tapi dia malah mendekatkan diri untuk cipika-cipiki. Jadi aku, walaupun tidak mengharapkan kontak sedekat itu, dengan senang hati melakukannya. Tapi mungkin budaya di sana bukan cipika-cipiki kali ya? Soalnya pas abis sekali tempel pipi, dia udah mau mundur lagi sementara aku dengan instingtif memalingkan muka untuk tempel pipi satunya. A little bit awkward there... tapi untung dia nyadar maksudku dan kami pun menyelesaikan ritual gak penting itu...

Sepanjang perjalanan pulang, mereka terkagum-kagum pada Jakarta yang memang memalukan ini. Pada dasarnya mereka mendapat kesimpulan bahwa kalo nggak ada polisi, apa aja boleh dilakuin. Hebat. Dan oh ya, kenapa sih orang bule punya kemampuan ekstrovert alami yang luar biasa? Dengan santai dan gampangnya mereka berdua langsung bisa ngobrol akrab dengan kami (baca: mama dan kakakku yang juga ekstrovert sejati tapi nggak mau bagi-bagi gen ekstrovertnya ke aku) serasa udah kenal lama padahal udah bertahun-tahun gak ketemu. Ada aja yang diomongin. Dan gaya mereka santai banget, sumpah bikin iri. Gak adil banget kalo kepribadian seseorang ditentuin ama di benua mana mereka dilahirkan.

Omong-omong, I love his voice. Ah.. I loooove it. Must. Not. Crush. On. My. Own. Cousin.

Betewe lagi, aksennya juga bagus. Aku biasanya benci aksen Australia karena 1) susah dimengerti dan 2) kedengerannya nyebelin. Tapi aksen dia enak didenger dan gampang dimengerti. Mantap deh...

Malem itu kita ada acara makan malem buat nyambut mereka. Aku berangkat belakangan sama papaku.. dan sempat berpikir ini acara resmi atau apa sampe sempet berniat pake dress (kasual sih, tapi tetep aja nggak pernah kulakukan). Untungnya gak jadi, karena ternyata bukan di hotel atau bahkan restoran tapi... di PIM. --;

Gak penting banget ya? Sebagai anggota klub ansos yang membanggakan, aku disediain tempat di ujung meja yang depannya gak ada siapa-siapa, terasing sendirian. Dengan lega aku makan dengan nyantai tanpa peduli orang lain sibuk berbasa-basi sendiri. Semua pada memandangku dengan kasian karena jauh dan dicuekin, tapi aku sih nyantai-nyantai aja. Aku malah sibuk memikirkan lagi nge-date ama aktor-aktor cakep seperti Michael Vartan atau Wentworth Miller... kebetulan kan kursi depanku kosong, jadi senyum-senyum ke arah sana pun gak masalah. Paling dikira agak gila sama orang sebelah... [/ansos sejati]

Abis makan jelas aja ada photo session. Bener-bener dah kaya di studio foto, kita foto ganti-ganti pose sampe jutaan kali dengan jutaan kamera. Sepupu-sepupu buleku yang malang pasti bertanya-tanya apakah di Jakarta bule segitu langkanya. Ataukah emang orang Jakarta norak semua. Aku belom bilang ya kalo di kerumunan ini ada tanteku yang dulu pernah kutulis di sini mencoba menyelundupkan botol Equil? Jelas aja semua ide foto ini datangnya dari dia. Setelah selesai berfoto-foto ria baru nyadar kalo background kami dari tadi adalah... Hydrant. Fantastis banget kan?

Setelah basa-basi mondar-mandir gak jelas gak penting buang-buang waktu lagi dan semua orang meributkan empek-empek yang ketinggalan di mobil berulang-ulang sekitar setengah jam kemudian, akhirnya pulang juga. Tanteku dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan dengan kata lain selain mupeng melambai selamat tinggal pada sepupu buleku yang cakep, dan sumpah deh, dia bilang "Dadah"-nya juga dengan nada flirty gitu. Dasar awet muda...

Habis mereka pisah, jelas aja tanteku langsung mulai bergosip ria tentang gimana sepupuku waktu kecil dulu. Katanya sih dulu nakal banget, sempet jatoh di eskalatorlah, kejepit di pagerlah, atau jatoh dari lantai 3-lah (gak gitu ngerti, diduga ada unsur hiperbolis di sini). Intinya, bener-bener malam yang melelahkan.. tapi cukuplah untuk hiburan dan bahan tulisan blog. Sekarang, kembali ke life yang being a bitch tadi... *sigh*

Friday, March 28, 2008

A Bunch of Random Complaints (Because Customers Who Paid A LOT are Always Right...)

3
Ngomong-ngomong soal rasa bersalah yang berkaitan dengan kejujuran seperti yang diomongin di kelas Character Development tadi. Sudah bukan rahasia lagi kalo Mel dan aku suka melakukan fabrication seperti yang dibahas di presentasi kami sendiri tadi. Kupikir sih selama ini aku gak ngerasa bersalah. Gak terganggu sedikit pun. Udah terlanjur kesel gara-gara salah jalur padahal harusnya jadi penulis fiksi, akhirnya maksa menyalurkan bakat padahal harusnya gak boleh. Sebodo lah. Tapi entah kenapa, tiba-tiba beberapa hari yang lalu aku mimpi. Mimpi menyatakan kebohonganku di depan salah satu dosen yang ngajar di semester ini. Tentunya sebagai pecinta Alias sejati, mimpiku ada unsur-unsur espionage-nya dan alasan aku mengakui kebohongan masalah bikin interview itu adalah akibat sodium penthotal alias truth serum. Keren kan? *ditimpuk*

Yah, intinya aku nggak tau gimana cara kerja si serum kejujuran itu, tapi yang pasti dalam mimpi aku dituduh bikin wawancara palsu tapi dengan bangganya membantah kalo gak ada bukti itu palsu. Walaupun aku bermaksud bilang begitu, dan ngedenger diriku sendiri berkata begitu, tapi ternyata akibat serum sialan itu yang keluar dari mulutku dan didenger orang lain adalah hal yang sebenernya. Aneh memang. Namanya juga mimpi. Intinya ketahuan deh kalo tuh wawancara palsu. Aku bangun sambil merasa sedikit bersalah (dan oke, lega itu cuma mimpi). Terutama karena sang dosen yang 'ditipu' bukan termasuk dosen yang menyebalkan, walaupun agak membosankan. Ah, ya sudahlah. Paling nggak, hati nurani(?)ku masih ada dan mencoba memperingatkanku dari alam bawah sadar. Lebih baik daripada bisa menipu tanpa merasa bersalah sama sekali seperti yang dibilang si bapak tadi, kali ya.

Omong-omong lagi, pernah nyadar gak kalo di kampus kita itu suka ada troli? Kemaren aku lagi duduk di sekretariat jurusan trus menyadari keberadaan sebuah troli di deket pintu. Pertama aku bertanya-tanya buat apaan sih troli-troli itu? Ini kan bukan supermarket. Trus yang kedua aku bertanya-tanya dari mana sih mereka dapet troli? Adakah toko yang jualan khusus troli? (Seseorang yang sedang menunggu dengan bosan memang cenderung memikirkan pertanyaan-pertanyaan aneh gak penting seperti ini). Kemudian pertanyaan kedua itu terjawab dengan sendirinya waktu aku melihat logo di pegangan troli tersebut.

Yak... logo apalagi kalo bukan logo Hypermart.

Intinya... kampusku yang sangat mahal itu nyolongin troli Hypermart.

Bener kan? Kesimpulan yang tepat, kan? Nggak mengada-ada nih. Aku kan udah belajar Dasar-Dasar Logika. Ini sangat masuk akal.

Begitulah kampus saya. Dan omong-omong, kemaren aku lagi butuh-butuhnya internet dan di SEANTERO KAMPUS NAN BESAR itu gak tersedia sama sekali. Di perpus cuma dikit banget komputer yang internetnya nyala (jelas virus apa pun waktu itu yang ada di komputer ber-pop-up yang aku pake masih belum beres, gak heran banget walopun udah hampir SEMINGGU berlalu, dasar gak kompeten - dan omong-omong, BUKAN aku yang naro virus di sana, meskipun aku mungkin bakal dicurigai karena sidik jari orang terakhir yang memakainya sepertinya aku. Coba kalo aku beneran yang naro virusnya, seenggaknya bisa bangga kali ya?) dan semuanya dipake orang. Keliling-keliling berapa menit tanpa hasil, tahu kalo perpus itu pasti nggak bisa diandalkan akhirnya milih nyari warnet. Sampe mall, belom buka. Bagus. Berjalan ke warnet di deket tempat parkir, entah kenapa dah gak ada tuh warnet. Hebat.

JADI INTINYA KALO PERLU INTERNET DI KAMPUS HARUS KE MANA??

Nyebelin gila udah muter-muterin ngubek-ngubek seisi areal kampus gak ada internet tersedia barang sejengkal pun. MANA NIH FASILITAS YANG DIJANJIIN?

Capek deh komplain soal kampus melulu.

Wednesday, March 19, 2008

When You Find More Useless Things Everyday...

1
Ini bukan hari yang baik.

Pertama-tama, semalem aku gak bisa tidur. Akhirnya jam setengah 5 pagi, dengan semangat yang entah dari mana datangnya memilih untuk belajar Consumer Behavior di pagi buta (hal yang nggak pernah kulakukan seumur hidup) sambil selonjoran di tempat tidur di kamar yang masih gelap gulita (belajarnya pake slide di laptop). Akhirnya setelah selesai belajar sempet ketiduran sebentar (tentu saja) sebelum pintu kamarku digedor-gedor dengan tidak manusiawi menandakan sudah waktunya bangun. Sambil memikirkan jutaan kata makian yang terpikir, mulai siap-siap berangkat kuliah. Kalo bukan karena ada ujian hari ini aku pasti udah bolos.

Bergerak seperti zombie sepanjang hari. Adalah suatu keajaiban aku bahkan bisa mikir waktu ujian. Rasanya kepala dan badan ringan banget kaya bisa pingsan kapan aja. Sungguh sensasi yang aneh. Satu-satunya hal yang membuatku tetap maju terus pantang mundur (bukannya ada pilihan lain sih) adalah ingatan bahwa mulai besok libur 4 hari!! Super long weekend!!

Akhirnya hari yang menyebalkan ini berakhir juga setelah melewati berbagai perjuangan dan kejadian nggak penting lainnya. Terutama kejadian nggak penting waktu aku berjalan pulang ke arah tempat parkir melewati pos satpam tempat pemeriksaan tas. Emang sih ada 2 jalur, masuk ama keluar, tapi serius deh, apa bakal ada kecelakaan lalu lintas parah kalo aku nyasar ke jalur masuk? Kayanya aku sering-sering aja tuh lewat sembarangan di situ kalo jalur keluarnya lagi penuh.

Nggak peduli kalo aku udah setengah jalan ngelewatin tuh pos satpam, si satpam dengan keras kepalanya berdiri menghadang jalanku dan mengisyaratkan agar aku keluar lewat jalur yang benar. YANG ARTINYA MUNDUR LAGI DAN MUTER BALIK. Menjengkelkan banget gak sih? Bahkan bukannya ada segerombolan orang di jalur masuk atau apa. EMANGNYA KENAPA KALO AKU LEWAT SITU?? Toh aku udah SETENGAH JALAN. Dan aku capek banget. Gak tau apa aku belom tidur semaleman?? Balik arah tuh buang-buang energi, tau!

Aku masih nggak ngerti apa yang ditakutin si satpam itu. Apakah dia takut aku bakal melakukan brush pass dengan orang yang baru masuk dan memberikan dia bom setelah dia lolos pemeriksaan? *terlalu banyak nonton Alias mode: ON* Padahal faktanya aku udah sering mikir soal cara nyelundupin bom seperti itu dan itu gak akan berhasil karena aku kan arahnya dari dalem kampus, yang artinya pada suatu saat SUDAH melewati pemeriksaan dan TIDAK MUNGKIN membawa bom (teknisnya, paling nggak, kenyataannya sih bisa aja, orang diperiksanya gak niat gitu). Jadi sampe sekarang aku masih nggak ngerti kenapa aku diusir-usir dengan NGGAK SOPANNYA gitu! Apa sih MASALAH BESARNYA kalo aku salah jalur?? NYEBELIN BANGET DEH!

Orang yang gak tidur semaleman = bad mood = tambah pengen ngebom beneran tuh kampus.

Thursday, March 13, 2008

Some Catching Up To Do...

5
Yah, aku tahu banyak yang nungguin entry Senin lalu. Tapi jujur aja, males banget mengekspos (lagi-lagi) betapa nggak kompetennya anak-anak 2006 yang delusional sampe mengeja nama orang pun sulit dan menulis namaku dengan awalan C bukannya K. Apakah mereka segitu European-minded-nya atau gimana? Soalnya bukannya aku nggak pernah berharap namaku beneran diawali C sih, soalnya emang keliatannya lebih keren (kecuali bagi mereka yang agak kuper dan membaca awalan C tersebut sebagai C dan bukannya berbunyi seperti K). Bukannya juga si Droo nggak pernah ngasih panggilan spesial buatku, yang nggak jauh-jauh dari itu juga; Carine (C dibaca sebagai K dan E-nya silent, tentu saja). Tapi tetap saja deh. Di negara kita tercinta ini, ada nggak sih orang yang mengeja nama seperti namaku dengan cara seperti itu?? Lagian ntar inisialku berubah jadi AC; nggak keren banget kan? Emangnya aku pendingin ruangan?

Seperti dibilang tadi, itu ocehan nggak penting. Kenyataannya, aku berhasil melakukan trik manipulasi dan menggunakan sedikit kekuasaan senior sehingga mereka yang mengerjakan seluruh tugas kelompok itu (iya, dari tadi ngomongin tugas kelompok dari entry lalu, bagi yang baru ngeh). Ya salah mereka juga sih baru kontak aku sehari sebelumnya, pas aku lagi jalan-jalan pula. Padahal tugasnya interview. Tentunya tadinya mau aku bikin fiksi seperti kebiasaanku dan Mel, tapi ternyata malah mereka keburu merasa bersalah duluan dan menawarkan supaya aku tinggal presentasi aja. Ternyata... saya punya bakat manipulasi juga. *evil laugh*

Cerita berlanjut pada Senin minggu depannya (kenapa cerita yang layak masuk di blog ini terjadi hari Senin melulu sih?) waktu ujian Kewarganegaraan. Yang mana aku nggak punya catetan selain coret-coretan gak jelas satu lembar sama bahan presentasi kelompok yang TENTUNYA nggak keluar sedikit pun (bukannya aku udah belajar dari situ sih. Aku aja udah lupa pernah presentasi dan punya bahannya). Akhirnya nekat untuk pertama kali dalam hidup (kecuali dalam setiap ujian Bahasa Inggris tentunya), aku nggak belajar. Mengandalkan kemampuan ingatan otak samar-samar dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, berharap bisa mengingat detail penting yang vital seperti waktu di tes lisan super mendadak yang ajaibnya aku bisa dapet A setelah ngoceh nggak jelas sebagai usaha menjawabnya.

Keberuntunganku tidak terlalu bagus sayangnya, karena ingat, ujiannya dilaksanakan hari Senin! Jadi tentu saja, hampir semua pertanyaannya aku nggak ngerti harus dijawab apaan. Jadi kegiatanku selama satu setengah jam ujian antara lain adalah:

*menatap pertanyaan dalam-dalam dengan harapan ilham akan muncul secara ajaib dan otak tiba-tiba mengerti apa sih yang ditanyain sebenernya?*

*melirik kanan-kiri tanpa maksud ingin mencontek, cuma pengen liat yang lain pada bisa atau nggak*

*melamun, pikiran melantur ke mana-mana*

*tiba-tiba setelah membaca salah satu pertanyaan untuk keseratus kalinya entah kenapa teringat waktu mantanku nembak dan struktur kalimatnya agak nggak beres, masih bertanya-tanya apa itu cuma disebabkan karena dia lagi nervous atau memang nggak semua orang sepeduli sama struktur kalimat seperti aku? Apa aku aneh karena masih suka merasa terganggu dengan ketidakberesan itu sampe sekarang, padahal jelas-jelas pentingnya isi pesan tersebut harusnya membuat semua hal lain jadi nggak penting? Am I some sort of perfectionist grammar freak?*

Ah, sudahlah. Nggak perlu dijelaskan lagi, ujian itu kacau. Tapi tetap saja, dasarnya punya bakat ngarang novel, akhirnya dua halaman folio itu penuh juga entah bagaimana, dengan ocehan-ocehan gak jelas dan gak nyambung sampe tanganku pegel banget. Nggak ada yang lebih menyenangkan daripada nulis ujian sampe tangan pegel gara-gara kita tau semua jawabannya dan pengen menuangkan seluruh isi otak kita ke kertas. Tapi kalo otak kosong gini, yang ada hanya terbengong-bengong dari mana jutaan paragraf yang kayanya sangat berbobot itu berasal. Ternyata memang bakat menulis itu sangat berguna di berbagai bidang. Diberkatilah mereka yang cukup beruntung untuk memilikinya.

Monday, February 18, 2008

A Fan-Freakin-Tastic Day

5
Kenapa ya belakangan ini blog saya jadi sering didemo buat update? Bukannya nggak seneng sih... cuma... ya gitu deh. Hehehe. Ga jelas ya?

Ya beginilah ceritanya, lagi-lagi hari Senin, dan hari ini adalah salah satu hari terburuk yang pernah ada. Kayanya aku kualat gara-gara sibuk menjelek-jelekkan anak-anak angkatan 2006 yang delusional deh. Karma itu ada, teman!

Hari ini diawali dengan hujan yang mengguyur dari sejak aku bangun tidur. Otomatis pengennya langsung tidur lagi, melihat suasana dingin-dingin empuk seperti itu, tapi naluri-mahasiswa-yang-baikku akhirnya mendorongku turun dari tempat tidur dan bersiap-siap berangkat juga. Sudah berpikir kemungkinan besar pada nggak masuk lagi, tapi ya udahlah, aku masuk aja. Itung-itung absenin yang lain. Baik banget nggak sih aku ini? *ditimpuk*

Yah.. sampe tol ujan udah reda. Kupikir nggak perlu repot-repot bawa payung lagi. Taunya... giliran keluar tol langsung ujan deras lagi. Bagus. Jadi lagi-lagi aku harus mengarungi jalanan becek super-panjang-gak-beratap itu yang bener-bener membuatku heran kadang-kadang apa maksudnya bikin jalan nggak penting sepanjang itu sampai gedung kampus tanpa atap sama sekali, sambil bawa payung dan mencoba melindungi semua barang bawaan dari kebasahan.

Sampai di kelas. Pintu masih kebuka dan orang-orang masih di luar. Awas aja kalo sampe nggak ada kelas. Walaupun ada yang bilang nggak ada kelas (sudah pasti buat membohongi orang-orang naif yang mudah percaya), aku masuk dan mendapati tentu saja, walaupun udah jam 8, nggak ada tanda-tanda kedua makhluk yang kukenal di kelas ini. Aku mengeluarkan HP untuk mencari keberadaan mereka dan menemukan ketidakberuntungan pertama: HP-KU TEWAS.

Perasaan kemaren malem baterenya masih 2 garis deh? Tadi pagi emang tinggal satu tapi mana sempet nge-charge coba? Lagian HP-ku itu nyebelin banget, kalo udah mati gara-gara abis batere gak bakal idup-idup lagi sebelom di-charge. HP Nokia 7610-ku yang lama kalo mati setidaknya masih bisa idup lagi walaupun sebentar, cukup buat kirim SMS darurat. Bagus banget. Tampaknya aku bakal harus mencari supirku secara manual (baca: mengarungi tempat parkir becek bak sawah) nanti setelah kelas selesai karena nggak bisa menelponnya.

Akhirnya si bapak dosen dateng. Telat juga dia ternyata. Pelajaran berlangsung, blah blah blah... kadang-kadang aku melamun atau ngeliat ke luar dan bertanya-tanya kapan selesainya supaya aku bisa cepet kabur. Lalu tiba-tiba, 45 menit sebelum selesai, aku merasakan gelagat aneh. MARABAHAYA AKAN SEGERA DATANG. Indra keenamku praktis memberitakan feeling jelek ini.

Dan benar saja: si bapak mengumumkan bahwa yak... sekarang tugas kelompok. Sampai saat ini aku masih menenangkan diri: anggota kelompokku nggak ada semua tapi gak masalah. Yang penting aku tau tugasnya. Lalu tentu saja, itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan di hari sial ini. Si bapak mengumumkan bahwa kelompoknya bakal ditentuin. Katanya "karena nanti kalo kerja kita nggak bisa milih temen kerja kita, jadi ini untuk latihan". Aku menahan diri untuk nggak menimpuknya dengan HP, karena biar pun udah tewas, sayang kalo ampe kenapa-kenapa. HP-nya, maksudku.

Lalu dia membagi kelompok dan aku masih berharap dia membagi menurut absen. Karena nama Mel dan aku kan deketan di absen. Tapi dia memberikan berita buruk kedua: YANG NGGAK MASUK NGGAK DIITUNG. Bagus. Jadi sudah pasti aku bakal sekelompok dengan anak-anak 2006 tak dikenal. YANG DELUSIONAL DAN AKU JELEK-JELEKIN DI BLOG.

Fantastis.

Aku mendapat kelompok bersama 4 orang lainnya yang kebetulan duduk di deketku. Aku melirik jam dan berpikir, "Ah, paling nggak ini harus berakhir jam 10 nanti. Bisa seburuk apa sih?"

JANGAN PERNAH BERPIKIR HAL IDIOT SEPERTI ITU.

Karena tentu saja kemudian dia mengumumkan kalo tugas itu buat DUA MINGGU LAGI, yang berarti BANYAK WAKTU untuk kerja kelompok, karena omong-omong nanti tugas ini mesti diPRESENTASIKAN.

Fan-freaking-tastic.

Setelah selesai mengumumkan kalimat demi kalimat yang makin menghancurkan jiwa ini dengan tenang, sang dosen pun menyelesaikan kuliah, kelas pun bubar, dan semua meninggalkanku terpuruk sendirian.

Oh, karma, kenapa kau begitu kejam?

Tuesday, January 29, 2008

Delusions and Stupidity vs Bitterment and Cynicism

3
Wah, banyak yang minta update. Jadi senang saya.. untunglah setelah muter-muter bingung nyari bahan update-an akhirnya kemaren terjadi sesuatu yang layak masuk blog.

Mel.. sayang sekali kamu nggak masuk hari Senen kemaren. Atau justru bagus? Karena kamu gak perlu ngedengerin lebih banyak ocehan gak penting yang terjadi di mata kuliah kita satu-satunya hari itu. Serius deh, tuh mata kuliah udah kayak kelas pencucian otak atau kelas penuh delusi.

Jadi kemaren masih ngebahas masalah yang udah dibahas jutaan kali di mata kuliah lainnya: Positioning sama Segmenting (ARGH! Kapan selesainya belajar kaya gini?)

Terus entah gimana tuh dosen memakai universitas kita tercinta sebagai contoh lagi. Aku curiga jangan-jangan dia orang Marketing yang menyamar jadi dosen untuk mengecek apakah proses pencucian otak terhadap mahasiswa sudah berhasil.

Dia nanya, kalo universitas kita itu segmennya apa? Anak SMA yang seperti apa sih yang masuk universitas itu?

Aku: [dalam hati] Yang tertipu dan yang terjebak oleh iklan-iklan melebih-lebihkan dari kampus gak jelas ini. (ya, aku sadar itu termasuk diri sendiri)
Anak-Anak-2006-yang-Delusional: *dengan semangat* Yang SMART!
Aku: ....

Buset. Berlawanan 180 derajat banget ya? Tadinya kupikir palingan ada yang jawab "yang kaum menengah ke atas" kek, "yang cari fasilitas" kek, tapi ini.. SMART?

Dosen: Ya, terus apa lagi?
Anak-Anak-2006-yang-Delusional: Yang keren!
Aku: --;;
Dosen: Ada lagi?
Anak-Anak-2006-yang-Delusional: *masih dengan semangat yang sama* Yang SMART!
Aku: ........

LAGI? Apakah anak ini sebetulnya bukan manusia, tapi robot yang sudah diprogram dengan satu jenis pikiran saja?

Kayanya menurut pengetahuan umum, di mana-mana anak SMA yang SMART masuknya UI deh. Bukannya kalo masuk universitas lain nggak smart (kecuali kalo masuk universitas kami tercinta), tapi kalo ngomong positioning sama segmenting kan jelas universitas yang ngasih kesan anaknya pinter-pinter semua tuh UI.

Malesin banget deh dengerinnya. Aku nggak tahu apa bisa tahan satu semester di kelas macam itu. Kenyataan bahwa sang dosen juga ternyata garing abis, juga sangat tidak membantu.

Dosen: Ya, berikutnya kita ngomong soal signs. Isyarat-isyarat dalam iklan biasanya harus sudah dimengerti umum. Misalnya kalo acungin jempol itu artinya?
Anak-Anak-2006-yang-Delusional: Artinya oke!
Dosen: Iya betul. Kalo acungin parang itu juga termasuk sign ya...
Aku: ......

Lame.

Dan seakan untuk menekankan poin anak-anak-2006-yang-delusional... waktu aku berjalan pulang hari itu, aku pun melihat 2 jiwa lagi yang berhasil terjaring dalam perangkap universitasku tercinta.

Sunday, January 13, 2008

The Interesting Animal Conversation

0
Hari ini aku iseng-iseng membawa anjing peliharaanku turun dan jalan-jalan di taman. Oh ya, belom pada kenalan ya sama anjing peliharaanku? Namanya Mocha, karena dia berbulu coklat kayak mochaccino. Beginilah jadinya kalo pecinta kopi disuruh ngasih nama anjing. Jenisnya Peking, dan sekarang umurnya belom nyampe 1 tahun. Berapa ya tepatnya? Enam atau tujuh bulan deh.


Mocha imut

Yah, jadi setelah berjalan-jalan di taman, Mocha bertemu hewan peliharaan lain; si ayam yang tak bernama. Si ayam duduk tenang-tenang di dalam kandang burung (Jangan tanya kenapa ditaronya di kandang burung. Itu bukan ayam saya, jadi saya tidak tahu-menahu. Lagipula kandang burungnya tinggi dan besar, jadi malah lebih lega daripada kandang ayam). Awalnya si Mocha nggak ngeliat kalo di situ ada ayam.

Untuk mengetes reaksinya, aku mengangkat si Mocha supaya dia melihat si ayam. Berikut interaksi yang terjadi di antara keduanya:

Mocha: *memandang si ayam*
Aku: *mendekatkan Mocha ke ayam. Lalu karena nggak terjadi apa-apa, menurunkan Mocha*
Mocha: *mengendap-endap mendekati ayam sampe tepat berada di bawah jeruji kandang ayam/burung*
Ayam: *melompat sambil mengepakkan sayap*
Mocha: *melompat mundur dengan panik*
Mocha: *mulai menggonggongi si ayam dengan bersemangat*
Ayam: *duduk tenang, cuek abis*

Lalu si Mocha dikasi kerupuk. Dia langsung menggondol kerupuk ke depan ayam, mungkin mau pamer kalo dia dapet makanan.

Mocha: *meletakkan kerupuk di depan kakinya, persis di hadapan si ayam*
Mocha: *memandang ayam, lalu duduk ngegelosor di tanah sambil memamerkan kerupuk, mengamati ayam*
Ayam: *masih cuek abis, duduk diem-diem*

Kesimpulan penelitian: Ayam adalah hewan yang sangat tenang. Gak peduli digonggongin anjing sekeras apa pun, dia bener-bener gak peduli. Jadi apakah mungkin orang yang bershio ayam punya naluri untuk selalu tenang dalam keadaan apa pun? Dan apakah ini berarti orang yang bershio anjing cenderung sombong dan suka memamerkan kemampuan dan/atau benda-benda yang dimilikinya?

Mungkin saja. Mungkin juga tidak. Toh sang peneliti bukan ilmuwan sungguhan, jadi risiko ditanggung sendiri kalo Anda memutuskan untuk mempercayai hasil penelitian kecil ini. Itulah sedikit kegiatan berguna saya di hari Minggu yang cerah ini.

Disclaimer: No dog or chicken was harmed during the process of this research.

Friday, January 11, 2008

Nobody Should Call An Ice Cream "Oreo Overload"

2
Setidaknya, jangan di tempat yang bisa terbaca oleh saya, si Oreo maniak. Sesuatu yang bernama "Oreo Overload" jelas bikin saya kalap. Langsung deh saya menunjuknya, dan mengamat-amati sang es krim sedap dibikin. Pertama-tama, pandangan mata saya jatuh pada sepiring brownies sedap.

Aku: Eh, ada brownies!
Mama: Iya tuh, tambahin aja!
Aku: Emang boleh?
Mama: Mbak mbak, boleh tambah brownies nggak?
Mbak-Mbak Penjual: (dengan senyum gembira) Boleh, Bu...
Mas-Mas Penjual Yang Lagi Bikinin Es Krimku: Mo nambah apa lagi, Mbak?

Aku berpikir-pikir... banyak tambahan menarik seperti M&Ms dan KitKat. Tapi kayanya udah kebanyakan coklat deh. Ya udahlah ya.. itu aja. Eh trus mas-masnya nanya lagi.

Mas-Mas Penjual: Mau nambah wafel nggak?
Mama: Tambah aja tuh, yang coklat enak!

Aku pun manggut-manggut dengan polosnya. Setelah selesai, es krim tampak bener-bener overload. Eh si penjualnya, sang salesman sejati, masih sempet-sempetnya nanya lagi..

Mas-Mas Penjual: Mau nambah air mineralnya nggak?

Coba ya, dia nanyanya dengan cara yang membuat orang berpikir bakal dapet air putih gratis. Soalnya di mana-mana kan gak ada restoran atau tempat jual es krim nawarin nambah air minum kalo nggak gratis. Berpikir bahwa abis makan es krim berisi coklat dan oreo sebanyak itu pastinya aus, aku mau-mau aja. Pake pesen yang dingin pula. Eh ternyata dikasi botolan, yang berarti nambah bayar lagi!

Setelah ditotal...

DING DING!

Rp. 49.000.

T______T

Yang bener aja deh. Hampir lima puluh ribu untuk segelas es krim [yang emang sih isinya banyak banget dan enak dan sangat bikin gendut]?!

Bener-bener, literally, OVERLOAD, in every sense of the word.

Tuesday, January 08, 2008

Office Gossip and Scandals

3
Hmm. Coba lihat. Natal dan Tahun Baru datang dan pergi tanpa kabar di blog!! Ah, betul-betul cara yang salah untuk memulai blog baru. Tapi ya sudahlah ya, memang kebetulan tahun 2007 adalah tahun yang sedikit sulit untuk saya... jadi mikir untuk update pun nggak sempet. Blogku sayang, blogku malang. Yang penting archive-nya belom ada yang bolong bulannya.

Well, saya sekarang sudah officially menjadi working woman. Yah, walaupun cuma kerja praktek. Yang berbeda dari magang, omong-omong, tapi tampaknya sulit sekali menekankan hal itu pada semua orang. Kadang-kadang lebih gampang membiarkan orang-orang ngomong semaunya daripada harus mengoreksi jutaan kali. Pfff... hidup sebagai perfeksionis memang sulit. *ditimpuk*

Omong-omong lagi, ternyata ada banyak kejadian menarik di kantor saya. Jadi begini ceritanya... kemaren aku dipinjemin laptop buat ngetik-ngetik. Karena aku punya bakat jadi mata-mata, aku mulai iseng membuka folder-folder yang ada (sekalian buat belajar dan ngeliat contoh-contoh iklan, begitu lho). Lalu ada satu folder yang bertulisan foto-foto terus ada nama salah satu employee di kantor tersebut yang kebetulan aku kenal. Dengan naluri mata-mata yang dimiliki sejak lahir, aku langsung memutuskan untuk membuka folder tersebut pertama kali.

Yang kutemukan adalah hal yang sangat mengejutkan!! SKANDAL!! *ditimpuk karena terlalu dramatis*

Awalnya kupikir itu foto bayi sang employee. Aku sudah sibuk ber-"aww" ria waktu aku melihat lebih dekat dan menyadari bahwa...

...bahwa...

itu tak lain dan tak bukan...

adalah...

FOTOKU SENDIRI!!

Fotoku waktu bayi! Fotoku waktu baru lahir! Fotoku waktu cuma pake bikini waktu masih kecil (kurasa aku patut bangga aku pernah pake bikini, kalo begitu?)! Fotoku waktu ulangtahun! Fotoku waktu masih lucu dan imut-imut! *dibunuh*

Eh tapi bener lho, melihat fotoku waktu kecil, ternyata aku imut banget dulu. Beneran! Saya kan nggak narsis. Semua teman saya bisa menjadi saksinya. Penilaian saya terhadap foto-foto masa kecilku itu murni objektif! Kenyataannya adalah: aku memang lucu dan imut waktu kecil! (Iya, sekarang nggak. Tuh kan, gak narsis) Prosesi "awwwww" pun berlangsung saat melihat satu demi satu foto-foto tersebut, walaupun tentunya secara diam-diam. Ada fotoku mulai dari bayi, lucu imut nan gembira sampe mulai dewasa di mana aku mulai berhenti tersenyum ceria di foto-fotoku dan sebaliknya mulai menampilkan ekspresi angst di foto-foto yang lebih dewasa. Pertumbuhan yang agak menyedihkan.

Tapi poinnya adalah... ITU BENER-BENER KOLEKSI FOTO LENGKAP NAN KOMPLIT KHAS STALKER PUNYA.

Gak heran kan kalo aku jadi sedikit freaked out? Yah, pada akhirnya daripada memutuskan untuk mengira-ngira sendiri, yang mengingat daya imajinasiku, hasilnya bisa bikin diri sendiri kena sakit jantung, aku memutuskan untuk bertanya apakah mamaku tahu-menahu soal koleksi foto aneh itu.

Untunglah, ternyata ada penjelasan yang masuk akal. Waktu aku pesta Sweet Seventeen, ada slide-slide fotoku dari waktu kecil sampe gede ditampilin (SAMA SEKALI bukan usul saya, by the way. Aku nggak bakalan punya ide sememalukan itu [bukti lain bahwa saya tidak narsis]. Tapi tahu sendiri kan sikap sentimentil orangtua. Mereka pikir itu cute dan aww-worthy. Oke, ide itu sweet dan segalanya, tapi aku terlalu sibuk panik memikirkan semua cowok yang hadir waktu itu melihat parade foto yang meng-expose seluruh kehidupanku itu *ditimpuk karena terlalu dramatis lagi*)

Dan ternyata, kantor itulah yang membuat slide-slide tersebut. Jadi ada alasan logis kenapa sampai ada koleksi lengkap fotoku di laptop kantor. Fiuh. Mungkin sebaiknya aku menghapus bukti-bukti memalukan itu sebelum seseorang menemukannya dan, setelah mengetahui subyek foto itu tak lain dan tak bukan adalah aku, diyakini bakal berteriak gembira dan memanggil semua orang lain untuk melihatnya. Percaya deh, mereka bakal melakukannya.