Saturday, January 16, 2010

Quote of The Day

2
Atas petunjuk Mel, aku berhasil masukin Shoutbox kembali plus visitor counter. Hore!

Tidak ada hal menarik yang bisa diceritakan, kecuali kemaren merasa girang waktu akhirnya nemu Rubik's Cube 3x3 di toko [/nerdy moment]. Yep, selama ini aku belom pernah punya dan selalu pengen nyoba maen. Setelah sok nyari-nyari yang ukuran lebih gede tapi nggak ada, memutuskan untuk latihan pake 3x3 dulu. Sampai di rumah, semangat mengacak-acak susunannya. Setelah itu... garuk-garuk kepala karena ternyata ngembaliinnya lebih susah daripada yang dikira. Kata V, untuk solve Rubik's Cube ada rumus matematisnya. Gawat deh, otakku kan gak bisa dipake buat itung-itungan. Setelah itu kami berdua mengangguk-angguk mengerti kenapa Mel bisa menyelesaikan sampe yang 5x5: karena dia dulu anak IPA!

Soal quote of the day yang disinggung di judul... yap, hari ini tumben-tumbennya mamaku menunjukkan seberapa delusionalnya dia. Jadi kami sedang membicarakan ke mana adek sepupuku bakal kuliah nanti. Ini adalah adek dari sepupu satunya yang sudah duluan mengikuti jejakku kuliah di kampusku tercinta. Dan seperti yang pernah kusinggung sebelumnya, dia juga berniat masuk ke sana, atau ke luar negeri sekalian. Keluarga kami lagi heboh bergosip soal bagaimana mamanya pengen banget anaknya itu masuk universitas bergengsi padahal belom tentu bisa bayar. Katanya, kalo nggak bisa keluar negeri, minimal masuk kampusku tercinta. Lalu, terdengarlah quote yang nggak bisa dipercaya itu...

Mama: Ya iya, tapi kan [censored (nama universitasku tercinta)] itu kan number one di Indonesia!

Aku: *terkaget-kaget akan kenyataan bahwa mamaku ternyata juga sudah termakan iklan marketing kampus yang telah berhasil menipu banyak orang itu!*

Mungkinkah dia sudah membaca hasil survei palsu yang ada di suatu majalah tertentu yang punya relasi dengan kampusku tercinta itu?

Karena... kampusku? Nomor satu di Indonesia?

Um, no, Mom, it's just the most expensive.

Tuesday, January 12, 2010

How To Be An Active Blogger

3
*Nyolong siasat bikin judul menarik dari Mel biar muncul di search-nya Google*

Apakah Anda sudah menelantarkan blog Anda selama berbulan-bulan? Apakah dulu Anda seorang blogger yang rajin, tapi sekarang tiba-tiba melihat blog Anda membuat Anda ingin cepat-cepat kabur ke website lain? Apakah pemandangan blog yang sunyi senyap tidak dikunjungi orang cuma membuat Anda makin depresi? Lalu Anda berpikir... bagaimana caranya menjadi blogger yang aktif dan punya banyak pembaca lagi?? Padahal Anda tidak punya bahan menarik untuk ditulis!

Cara nomor satu paling ampuh untuk mengembalikan mood untuk update (saking mood-nya sampe yang nggak penting macemnya "tadi pagi gue bangun dan ngeliat ada tukang sayur di depan rumah" juga dijadiin bahan) adalah: GANTI LAYOUT ANDA!

Seperti yang bisa Anda sekalian lihat, saya sedang menerapkan nasehat saya sendiri! Untuk meningkatkan mood untuk update, saya telah mencari premade layout (karena males ngutak-ngatik HTML dan CSS satu-satu -> alasan seorang blogger pemalas) untuk blogger dan akhirnya menemukan layout yang imut-imut dan girly ini. Namanya "She's A Lady", dan sekarang tiba-tiba itu pun sudah menjadi nama baru blog ini, dari yang tadinya Double Sided Mirror jadi She's A Lady In Disguise. Bukannya berarti aku menyamar jadi cewek loh, tapi artinya aku ini menyamar menjadi berbagai hal (contoh: menyamar menjadi mahasiswa pintar dan rajin di kampus) setiap hari.

Cuma karena blogger ternyata udah lama meng-update format template-nya, dan aku baru sadar hari ini padahal kayanya itu update udah bertahun-tahun (ini format untuk posting-nya juga ternyata baru dan baru ku-update jadi ga usah capek-capek ngetik HTML untuk miringin kata atau bold lagi karena udah Rich Text), alhasil aku bingung sesaat oleh semua kecanggihan baru ini. Sampe-sampe di mana biasanya aku bisa ngedit sendiri CSS dari premade layout sesuai preferensiku, sekarang aku nggak berhasil memunculkan tanggal entry tanpa membuatnya keluar dengan font gede-gede mengganggu yang bikin layout-nya nggak imut lagi (default setting-nya emang hidden). Ugh, yang mengganggu sekali, karena dalam blog tanggal entry itu penting. Moga-moga ntar aku bisa utak-utik lagi deh. Nah, munculin tanggal aja nggak bisa, boro-boro ngembaliin shoutbox. Udah nggak berani nyentuh CSS versi barunya sama sekali deh. Ada yang mau bantuin? Sebenernya upgrade ini dalam beberapa hal mempermudah juga sih, hampir sama kaya Google Sites, tinggal geser sana geser sini sama input teks tanpa harus masukin kode-kode dari scratch lagi. Tapi kadang-kadang terlalu canggih bikin pusing juga.

Yah, mari berharap paling nggak ini bisa mengembalikan mood untuk update! Sejauh ini aku sudah berhasil menulis tiga entry berturut-turut sejak episode kembalinya sang blogger yang sangat dramatis!

P.S. Kalo mau comment klik gambar balon pink di kanan atas masing-masing entry. Maaf untuk ketiadaan shoutbox sementara yang mengganggu kenyamanan Anda.

Monday, January 11, 2010

One Small Step For A Girl...

4
Oke, Mel bakal senang melihat update dua entry sekaligus... tapi sepertinya aku lagi mood nge-blog malam ini. Biasa, kalo udah deket-deket semester baru mood swing sangat berperan dan bisa kadang-kadang (seringnya) depresi mendadak. Tapi ini bukan tentang depresi saya kok. Baru nyadar, di shoutbox ternyata ada komentar yang menarik... dari seorang Mina, yang kuharap nggak keberatan disinggung di sini, yang sampai ke sini dari blog Droo. Duh, jadi malu karena blog saya isinya hal-hal nggak penting begini! *ditimpuk massa*

Iya, intinya, entah kenapa aku jadi seneng banget ngeliat ada yang mencariku sampai ke sini karena baca buku terjemahanku. Nggak nyangka aja gitu, bisa punya penggemar *ditimpuk lagi karena terlalu narsis* Biarin! Biarkanlah aku merasa terkenal sejenak! Walaupun cuma numpang nama, karena pengarang aslinya adalah Ally Carter. Penerjemah adalah profesi yang sangat rendah hati. Kenapa? Karena walaupun seluruh isi tulisan kami dipublikasikan, nama kami tidak muncul di sampul buku sedikit pun. Hanya tercetak kecil-kecil di halaman pertama di dalam buku, di sebelah kiri, yang mana mungkin cuma sekitar 5% orang (hanya perkiraan kasar, aku belom betul-betul mengadakan survei loh) yang pernah melirik ke sana karena memang nggak ada hal penting di sana kecuali informasi lebih mendetail tentang buku tersebut yang hanya punya fungsi administratif.

Dan aku nggak keberatan, karena memang aku nggak pengen jadi terkenal sebagai penerjemah. Mimpiku adalah terkenal menjadi penulis suatu hari nanti, di mana namaku betul-betul tercantum sebagai pengarang asli buku itu, bukannya cuma seseorang yang melakukan alih bahasa dan nggak menyumbangkan idenya sedikit pun, dan nggak punya andil sedikit pun tentang bagus-jeleknya cerita itu. Hari ini pun iseng-iseng aku meng-Google judul-judul buku terjemahanku, dan menemukan bahwa bahkan di beberapa site yang menampilkan informasi mendetail buku selain judul dan pengarang, sampai ke nomor ISBN buku itu plus ukuran dalam centimeternya, nama si penerjemah atau alih bahasa tetap nggak terlihat di mana pun. Dengan cara yang sangat berlawanan, kami ini sangat penting (karena tanpa kami, buku itu nggak bakal pernah ada), dan juga sangat nggak penting. Nggak ada pembeli buku yang beli buku tergantung dari penerjemahnya. Nggak ada pembeli buku yang penasaran siapa yang sudah berjasa mengubah buku yang aslinya berbahasa Inggris itu ke bahasa Indonesia supaya mereka yang nggak bisa bahasa Inggris bisa menikmatinya juga.

Dan sekali lagi, aku nggak keberatan. Aku masih nggak mencari ketenaran. Suatu hari nanti, aku masih bermimpi menerbitkan buku karanganku sendiri.

.....
.....
.....

Tapi... tetep aja, begitu ketemu review yang menyebut namaku seperti ini, harus menahan diri nggak melompat-lompat girang kayak orang gila. *kabur*

Yah, inilah sedikit curahan hati seorang penerjemah.

P.S. Coba angkat tangan siapa yang belom pernah coba meng-Google diri sendiri?

Sunday, January 10, 2010

Cardiopulmonary Resuscitation

2
*sapu-sapu debu... usir-usir laba-laba... bersih-bersih blog*

Hmm.. masih ada juga ini blog. *ditimpuk massa*

Ahaha, yah, di sinilah saya... muncul kembali setelah akhirnya mengunjungi blog baru Mel itu. Awalnya aku cuma mau update untuk bilang, yep, aku membaca entry episode nyaris telat UAS CRM itu, yang kamu berharap aku gak lagi iseng-iseng blogwalking dan meninggalkan komentar aneh di situ. Dan memang aku nggak meninggalkan komentar aneh, karena itu entry udah lama banget, kamu juga mungkin nggak nyadar kalo aku ninggalin komentar (kecuali kamu dapet e-mail notification). Yang pasti, reaksiku terhadap entry tersebut adalah ketawa sepuas-puasnya. Aku nggak bisa membayangkan reaksi (mantan) dosen tercintamu kalo dia sampe baca entry itu (jadi tergoda untuk ngasih link-nya nih)... pasti dia geleng-geleng kepala sambil urut dada. Serius deh, kadang-kadang aku merasa... you're that girl who can get away with anything.

Supaya entry ini nggak jadi ajang ngirim surat pribadi buat Mel, mari kita membicarakan nasib blog ini. Oh ya, omong-omong, judul entry-nya bukan karena aku udah masuk sekolah kedokteran ataupun tiba-tiba kepengen jadi dokter. Itu kepanjangan dari CPR yang dicari dengan Google. Maksudnya, mau memberikan napas buatan buat blog yang udah lama banget dying ini. Lagian kata Mel sebagian besar pengunjungnya nyampe ke blog dia dari sini... seaneh apa pun pernyataan itu, aku ini teman yang baik dan (akhirnya) memutuskan untuk membantu sesama blogger (yang ternyata selama ini minta update dengan maksud terselubung!)

Tuh kan, jadi surat pribadi lagi. Iya, nasib blog. Ada seseorang yang penasaran ke mana aku menghilang, ke mana aku hijrah menulis blog karena aku cuma bilang "di tempat lain". Yah, sebetulnya tempat lain itu adalah LiveJournal, dan aku juga udah pernah ngasi URL-nya, tapi karena statusnya Friends Only, kalo kalian nggak punya account LJ juga, jadi nggak bisa baca. Entry-entry di sana beda sama di sini. Jauh lebih pribadi dan banyak omongan gak jelas dan gak penting tentang hal-hal sepele sehari-hari. Itulah sebabnya blog yang itu nggak public seperti ini. Anehnya, di sana aku malah nggak pernah menyinggung-nyinggung universitasku tercinta... (mungkin memang lebih enak menyindir sesuatu di tempat yang bisa dilihat publik yah?)

Omong-omong soal itu, resolusi tahun ini cuma satu: LULUS. Pokoknya lulus tahun ini atau nggak sama sekali. Aku udah capek sekolah, dan ini bener-bener tahun terakhir aku masih mau bersabar dateng ke kampus secara teratur. Setelah itu, goodbye selamanya, deh! Bener deh, aku yakin pas upacara kelulusan nanti, aku bakal nangis bahagia saking girangnya akhirnya bisa lepas dari situ. Ternyata masuknya gampang banget, keluarnya agak-agak susah...

P.S. Teman bloggerku yang setia, setuju banget sama entry kangen masa SMA. Itu betul-betul masa terindah dalam hidup. Memang waktu sekolah dulu hidup rasanya simple dan aman banget ya... *sniff*

Friday, July 24, 2009

Eurotrip!

1
SELAMAT HARI LIBUR!

Yah, sebenernya bentar lagi masuk sih, meskipun aku MASIH belum tau tepatnya kapan (halo, ada yang bisa bantuin?), tapi intinya, kemaren selama libur 2 bulan lebih ini, saya sempat berjalan-jalan ke negara tetangga. Itu... gak jauh-jauh kok, di Eropa sana *ditimpuk*

Kalo mau diceritain semuanya bisa capek. Jadi kuceritain hal-hal menariknya aja ya? Walaupun mungkin ujung-ujungnya cerita perjalanannya jadi sedikit, ehehe...

Keluargaku punya ritual setiap kali kami mau pergi, nggak peduli itu cuma keluar makan, ke luar kota, ataupun ke luar negeri. Prosedurnya begini: beberapa dari kami berkumpul di bawah, siap pergi. Menunggu satu atau dua orang sambil mengerjakan berbagai hal nggak jelas. Satu/dua orang muncul dan bersiap pergi. Yang lain menyelesaikan berbagai hal nggak jelas tadi dan akhirnya melangkah ke luar. Salah satu anggota yang tadi sudah siap tiba-tiba kebelet pipis jadi harus ke kamar mandi lagi. Setelah urusan ini beres, mulai berbondong-bondong keluar lagi. Sampai di garasi, salah satu dari kami bakalan menyadari kalo dompetnya ketinggalan dan masuk lagi. Setelah dia kembali, kami membuat progress sampai masuk mobil di mana paling tidak satu orang lainnya bakal ketinggalan HP dan/atau baru nyadar kalo sandalnya udah mangap dan nggak bisa dipake lagi. Kembalilah mereka ke rumah, dan begitu seterusnya.

Jadi untuk berangkat? Kira-kira membutuhkan paling nggak lima belas menit sebelum mobil bisa dengan sukses dijalankan dengan semua anggota keluarga lengkap di dalamnya.

Begitu juga dengan waktu pulang dari suatu tempat, tapi ini khusus untuk kunjungan ke anggota keluarga lainnya. Aku dan sepupuku biasa membuat kesepakatan berdasarkan observasi yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun:

- Panggilan pertama ("Ayo, ayo, pulang!") harus diabaikan karena itu berarti masih ada sekitar setengah jam lagi sebelum kami betul-betul pergi.
- Panggilan kedua ("Ayo dong, ditungguin, nih!") juga dicuekin saja karena itu berarti masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum kami berangkat.
- Panggilan ketiga yang bersifat mengancam ("Kita TINGGAL loh!") sebaiknya dituruti dengan paling nggak menampakkan diri di dekat pintu keluar, walaupun masih ada sekitar 5-10 menit sisa waktu untuk berbasa-basi dan menyelesaikan pembicaraan nggak jelas.
- Panggilan terakhir, akhirnya, barulah merupakan ajakan pulang yang sebenarnya.

[/pelajaran mengenai rutinitas keluarga saya selesai]

Anehnya, kali ini kami sampai di bandara nggak telat sama sekali, malahan kecepetan. Keajaiban dunia sekali.

Oh ya, dalam perjalanan ini, kami semua juga memiliki role masing-masing:

1. Mama; seksi PANIK ("Kita TELAT LOH! CEPETAN!" "ADUH orang-orangnya udah pada ILANG nanti kita nyasar nggak tau jalan!" "Gak boleh begini-begitu nanti kalo kita DITANGKEP POLISI di luar negeri GIMANAH?!!!" "PASPOR KITA GAK ADA!!!!!!!") Intinya, dia seksi pemacu jantung deh. Dia juga seksi hiperbolis. Aku punya pattern untuk menginterpretasikan omongan Mama. Kalo dia bilang "SEMUA ORANG udah check in!" nggak perlu panik, kemungkinan besar dia ngawur adalah 80%. Kalo dia bilang "LIMA MENIT lagi harus berangkat!" kemungkinannya masih ada sekitar 15 menit lagi.

Kalo dia bilang "ITU ada mesin ATM!"? Kemungkinannya itu adalah mesin penjual makanan kaleng adalah... 100%. (Komentar Papa: "Wah, mesin ATM di luar negeri hebat yah! Lain banget ama yang di Indonesia!")

Oh ya, dia juga seksi pengambil foto. Demen banget ambil fotoku khususnya di mana-mana ("CEPETAN FOTO DI SITU!! DI SITU JUGA!!"), padahal, halo, aku SUDAH pernah ke Eropa, seharusnya dia memburu papaku dan kakakku.

Terakhir, dia seksi belanja tentunya. (Disimpulkan dengan sempurna oleh komentar Papa berikut ini: "Mama kalo ke objek wisata, langsung foto objeknya sekali dari jauh lalu cepet-cepet ngabisin sisa waktunya belanja suvenir." Aku mengangguk-angguk setuju akan kebijaksanaan pernyataan ini) Termasuk juga waktu di bandara, sementara aku dan Papa ngantuk setengah mati dan nyaris jatoh dari bangku gara-gara ketiduran, Mama sibuk ngoceh soal belanja oleh-oleh. Aku pun bertanya-tanya: "Dari mana sih dia mendapatkan energinya yang nggak abis-abis itu?"

2. Papa; seksi menenangkan Mama dan seksi menghindar difoto dan/atau menghalangi foto orang. Ujung-ujungnya kena omel Mama tercinta melulu. Papa yang malang. Seksi paling nggak bisa makan karena dia cinta makanan Indonesia dan ujung-ujungnya ngidam soto melulu. Seksi ahli bahasa Italia ("Let's go eat-O pizza-O! ConcertO ItalianO duO!" Yeah, aku juga nggak ngerti apa yang dibicarakannya... kelihatannya dia yakin apa pun+O = Bahasa Italia)

3. Kakakku; seksi difoto. Kayaknya 70% isi kamera kami foto dia semua. DAN dia bawa DUA kamera. Di setiap tempat bakal minta kami semua gantian fotoin dia dalam berbagai pose dan sudut pandang ("Tadi dari sebelah sini udah? Yang ngadep sini? Kalo gitu sekarang yang ngadep sebelah sana!") Pokoknya, empat penjuru harus dapet semua. Capek deh...

4. Aku; hmm... aku? Seksi menikmati pemandangan dan males difoto. Hahaha...

Yah, intinya sih... aku jenis orang yang lebih suka sightseeing daripada shopping. Waktu kami di Milan, sampai di suatu restoran untuk makan malam, ternyata restorannya masih belom buka gara-gara stafnya masih pada asyik main mahjong. Apa yang grup tur Indonesia ini lakukan? Ngungsi ke toko sebelah yang jualan tas dan...

Lima menit kemudian...

Ibu-ibu di sana pegang tas, mengomentari bagusnya model tas itu. Anak kecil dari keluarga ibu-dan-2-anak itu nyoba-nyoba tas koper yang katanya buat tas sekolahnya. Ibu-ibu modis yang selalu beli barang mahal memegang tas bermerk dan siap-siap menawar harganya. Bahkan si cowok tipe backpacker yang ikut tur sendirian pun sudah di kasir untuk membayar ransel barunya.

Jadi intinya, kami di Milan... restoran yang seharusnya kami kunjungi untuk makan malam belum buka... kami kebetulan, tanpa maksud apa-apa, hal ini nggak termasuk di dalam acara sama sekali, berjalan-jalan ke toko sebelah dan... begitu saja...

TIBA-TIBA SEMUA ORANG BUTUH TAS!

SUNGGUH AJAIB!

Aku, tentu saja, nggak beli apa-apa... tapi mimpi apa si pemilik toko tas itu yah, tiba-tiba tokonya diserbu 22 anggota tur Indonesia yang haus belanja begitu sampai di Milan dan memborong isi tokonya dalam sekejap hanya gara-gara RESTORAN DI SEBELAH BELOM BUKA? Dia betul-betul harus ke sebelah dan menyuruh staf restoran itu lebih sering main mahjong lagi.