Wednesday, April 15, 2009

Snippets of My Boring Life - Part II

2
Kayanya aku udah semangat mengabarkan adanya update tapi ga ada yang tertarik.. hiks hiks. Kok pada pergi lagi sih?? *seret Mel & Droo* Kalian kan dua orang pembaca paling setia satu-satunya blogku! Kalo kalian pergi, blog ini bakal bener-bener kaya padang gurun dengan angin bertiup menerbangkan dedaunan... tanpa kehidupan sama sekali! *dramatic mode: ON*

Ya udah ni dilanjutin ceritanya. Sampe mana yah kemaren? Oya, deskripsi SMU kami tercinta (kalau yang ini dimaksudkan secara harfiah, bukan dengan nada sinis seperti kalo aku bilang "kampus kami tercinta"). Setelah masuk, kami langsung menemukan gerombolan teman-teman yang satu kelas dengan kami waktu kelas 3 dulu. Tama langsung jadi inceran cowok-cowok buat dikerjain seperti biasanya, mengingat dia dulu ketua kelas gak resmi merangkap sekretaris merangkap bendahara merangkap maskot kelas. Pokoknya semua urusan kelas dia yang urus deh. Jadi intinya mereka semua langsung nodong dia dengan gaya preman mau ngeroyok anak tak berdosa:

Tersangka #1: Eh, eh, ada si Tama nih, sini sini cepet kita kerjain! *mendorong Tama ke arah pemimpin/bos para calon preman ini*
Tersangka #2: Tama, dulu gue udah bayar uang kas kelas buat sebulan terus UANG GUE DIKEMANAIN HAH?
Tersangka #3: Tama, sini BELIIN GUE MINUM!

Ya dan singkat cerita, Tama stres seketika. Mungkin kalian bertanya-tanya apa yang kami, teman-teman terdekatnya lakukan di saat seperti ini?

Aku: *menepuk pundak Tama* Selamat! Perjalanan kita kembali ke masa SMU sudah resmi lengkap sekarang! Beberapa hal memang gak pernah berubah, ya! *nada ceria penuh kegembiraan*
Tama: ..............

Tama itu maskot yang paling disayangi seisi kelas, kok. Walaupun semua anak suka ngerjain dia, itu dilakukan murni dengan penuh cinta. Ah, hari-hari SMU yang indah! *Tama menangis di pojokan*

Pertemuan berikutnya adalah dengan guru-guru. Dan di sinilah cerita kita yang sebenarnya akhirnya dimulai!! *suara terompet membahana*

Ya jadi ceritanya Miss V kita ini sangat sensitif soal berat badannya. Bukan karena dia gemuk, tapi justru karena dia sangat kurus!! Dan semua orang yang ketemu dia pasti bilang dia kurus banget. Dan dia sudah berusaha makan sebanyak-banyaknya (yang menurutku cara yang agak mengkhawatirkan untuk menggemukkan diri) buat bikin gemuk tapi sampe sekarang ga ada hasilnya. Kalo tanya aku sih, sebaiknya dia menyerah saja karena emang metabolismenya terlalu bagus. *giliran V menangis di pojokan*

Kembali ke pertemuan kami dengan guru-guru lama kami tercinta (beberapa dimaksudkan secara harfiah, beberapa... dengan tidak begitu tulus)

Mantan Kepsek SMU kami: Eh, halo semuanya... *cipika-cipiki* Aduh, V, kamu TAMBAH KURUS AJA!
V: ......
Aku: ^^; Sabar ya...

Lima menit kemudian kami berjalan-jalan ke lantai dua dan menemukan gerombolan guru lain.

Mantan Guru Ekonomi kami: Halo semuanya... aduh udah lama ya, waduh, V, kamu KURUS BANGET SIH?
V: ....
Aku: ^^;;;;
Mantan Guru Kimia kami: Ini si *menyebutkan nama kami satu-per satu dengan hebatnya masih inget* kan? Dan ini, V, ya ampun kamu MASIH KURUS BANGET!
V: ...............
Aku: ^^;;;;;;;;;;;;

Setelah berkeliling mengintip tiap kelas dan mencoba mengidentifikasi tiap guru yang ada di sana (dalam beberapa kasus dengan sangat tidak sukses), beberapa dialog yang terjadi misalnya:

Tama: Itu siapa ya?
V: Guru... bahasa Indonesia kan?
Aku: Bukannya Bahasa Inggris?
Tama: Aduh... inget sih mukanya tapi masa sih? Kayanya bukan deh...
V: Miss A bukan?
Aku: Iya kali?
Tama: Bukaaan! Ini kayanya lain lagi deh!

Akhirnya kami tetap tidak tahu siapa guru misterius itu sampe sekarang. Lalu...

V: Itu Pak J, kan?
Aku: *otomatis terbayang Pak J yang di kampus* Er... *bengong sejenak, memutar memori sampai mendapatkan imej yang tepat* .....

Lima menit kemudian...
Aku: Oh, iya, yang itu! *menengok kanan-kiri, yang laen udah ngilang* Siyal, aku ditinggal.

Tama: Itu guru apa yah... IPA...
V: Fisika, kan?
Aku: Iya, iya, bener!
Tama: Namanya, duh...
V: *menyebutkan satu nama yang nggak familiar*
Aku: Iya ya?
Tama: Kayanya ga ada guru bernama kaya gitu deh... -__-;

Dan akhirnya...

Mantan Pengurus TU Kami: Halo, ini K kan? *menyensor nama sendiri*
Aku: Iya.. *seneng karena diinget*

Setelah kami berlalu...

Aku: Ngomong-ngomong, tadi siapa ya?

Aku jadi nggak enak, gara-gara gak inget! Beneran, deh! Padahal dia inget aku! Tapi ternyata dia adalah pengurus TU dan kayanya inget aku gara-gara aku sering nemenin Tama beli kertas ulangan buat anak-anak sekelas (ingat, dia adalah ketua kelas gak resmi merangkap sekretaris merangkap bendahara merangkap maskot kelas).

Anehnya, nggak satu pun dari kami berhasil mengingat siapa Kepsek SMP kami. Padahal orangnya baik banget loh. Ibu yang malang itu baru ketahuan identitasnya beberapa minggu lalu waktu aku SMS V lagi karena masih penasaran oleh misteri yang tidak terjawab ini, dan dia akhirnya mendapatkan jawabannya setelah mencari di BUKU TELPON. Agak malang memang nasib ibu ini.

Ah, sekolahku tercinta! I miss you so much!

Dan akhirnya, setelah foto-foto ama artis (baca: mantan teman seangkatan kami yang udah jadi artis), lengkap ama guru-guru kami tercinta dulu, kami pun pulang. Ngomong-ngomong soal artis, ternyata dia kuliah di kampusku tercinta juga? (Bukan, bukan kembaran yang itu. Yang satunya!) Hal ini baru terungkap waktu dia bertanya padaku:

Mr. Aktor Terkenal: Lo kuliah di mana?
Aku: *menyebutkan nama kampusku tercinta*
Mr. Aktor Terkenal: Loh, sama dong? Lo jurusan apa?
Aku: Komunikasi.
Mr. Aktor Terkenal: Loh, gue juga! Kok gak pernah ketemu??
Aku: ???

Setauku dia dulu gak kuliah di situ deh. Mel, apa kamu denger gosip dari Valen soal pindahnya Mr. Aktor Terkenal ke jurusan kita? Soalnya aku beneran ga pernah liat dia. Dan omong-omong, aku juga *masih* belum bisa membedakan dia dan kembarannya. (Semua orang: Nggak usah nampakin ekspresi shock yang selalu kalian tunjukkan setiap kali aku bilang ini lagi, deh! Kan udah kubilang aku gak pernah/jarang sekelas ama mereka dan gak pernah punya kesempatan ngebandingin mereka, huh! Aku bisa kok ngebedain anak kembar, dibuktikan dengan kemampuanku membedakan si kembar pinter temen kita anak IPA dulu itu, karena aku pernah sekelas ama dua-duanya secara terpisah dan kalo itu memang keliatan bener bedanya. Kayanya aku perlu kursus ngebedain Mr. Aktor Terkenal dan kembarannya nih) Itulah sebabnya waktu dia bilang dia kuliah di kampusku pertama kupikir dia kembaran satunya (yang memang sudah lama kuliah di sana). Sampe pulang baru aku nyadar kalo dia bukan. *sigh* Memang membingungkan. Jadi sekarang dua-duanya kuliah di sana, dong? Hmm. Ada yang mau minta tanda tangan?

Tuh kan, entrinya panjang abis. Coba kalo gak dibuat bersambung?

Intinya, setelah itu kami pulang. Tapi tidak sebelum mengucapkan selamat tinggal pada guru-guru kami tercinta. Dan tentunya ada pesan terakhir dari:

Mantan Kepsek SMU kami: V, kamu banyak-banyak minum susu yah! Biar nggak TERLALU KURUS!

Tabah ya, V!

Tuesday, April 07, 2009

Snippets of My Boring Life - Part I

2
Er... Halo. *melambai dengan malu-malu*

Setelah membaca-baca ulang beberapa entry lama untuk mencari tahu kenapa seorang temen yang baru membaca blog ini bilang cara nulisku beda banget sama di kehidupan nyata, aku jadi kangen sama blog ini. Dan jadi tergoda untuk update lagi. Padahal kupikir udah nggak bakal ada niat macam itu muncul... tapi inspirasi tiba-tiba datang, lebih sebagai tantangan untuk menulis dengan gaya sinis ala Princess Diaries lagi dan membuat kejadian-kejadian biasa jadi lebih lucu daripada kelihatannya. Lagi pula, akhir-akhir ini ada beberapa kejadian lucu yang kayanya sayang untuk nggak didokumentasikan. Jadinya...

Setelah berhari-hari berjalan keliling dengan ide meng-update blog ini dan masih merasa takut karena sudah lama nggak nulis dengan gaya begini.. akhirnya hari ini karena betul-betul nggak ada kerjaan (sialan, Pet Society sama Restaurant City dua-duanya lagi down... btw, main Restaurant City dong!! Klik di link-nya untuk sign up segera! Dijamin Anda akan langsung ketagihan! *dilempar bata gara-gara malah promosi*)

Plus, aku baru selesai baca buku Princess Diaries terakhir. (Btw, Droo, judulnya Forever Princess. Apa cuma aku yang berpikir Meg Cabot nyolong judul episode terakhir Charmed; Forever Charmed? Karena dia kan sering nyebut-nyebut Charmed di buku-bukunya) Dan aku jadi cukup percaya diri karena biasanya kalo abis baca buku tertentu terus nulis sesuatu, gaya nulisku jadi terpengaruh sama buku yang baru kubaca itu.

Jadilah aku duduk di sini...

...masuk ke blogger.com dengan deg-degan...

bersiap nge-post setelah empat bulan tanpa kabar...

...hmm...

*ditimpuk pembaca karena terlalu bertele-tele kaya sinetron Tersanjung 9 - atau sekarang sudah sampai 23?*

Yah, ini cerita hari Jumat kemaren. Sebenernya tokoh utama cerita ini adalah temenku yang disebut di atas, yang baru baca blog ini. Tenang, aku sudah meminta ijin untuk memasukkannya ke sini dan sudah diijinkan memakai inisialnya. (Pembaca lain protes: "Kok kalo sama kita ga minta izin, main nyebut-nyebut nama aja?" Jawab: Ya gimana ya... soalnya ini masalah yang agak sensitif buat temenku itu. Jadi demi sopan-santun harus minta ijin dulu. Lagian dia kan bukan sesama blogger. Kalo sesama blogger sih, sembarangan sebut-sebut juga ga papa kan, asal di-hyperlink ke blog kalian? *evil laugh* Sudahlah, akui saja. Kalian semua kan doyan promosi/iklan.)

Belom mulai-mulai juga ceritanya, ya? Duh, entrinya dah kepanjangan. Entri berikutnya aja apa ya? Ini jadi teaser atau semacam kata pengantar gitu... *dilemparin bata*

Ya udah. Sekarang deh. Jadi ceritanya kemaren aku dan teman-temanku main-main ke SMU lama kami yang untuk pertama kalinya dalam sejarah mengadakan pensi. (Sekalian ngambil raport. Di sore-malam hari. Jangan tanya aku siapa yang punya ide aneh itu...) Waktu nyampe di sana, kami semua terbengong-bengong melihat gedung yang sudah sangat berubah drastis sekali itu (perhatikan penggunaan berbagai kata superlatif(?) yang sangat hiperbolis dan ya, perlu untuk menekankan poin saya).

Aku: Kok udah berubah banget, sih? Aku gak kenal tempat ini lagi!
N (salah satu teman yang juga dilindungi identitasnya - duh kok serasa lagi jadi jurnalis yang memberitakan artikel kriminal aja ya? "Nona N [bukan nama sebenarnya] kemarin ditemukan sebagai tersangka pembunuh dosennya karena terlalu stres akibat tugas akhir yang sedang dikerjakannya" -> bukannya nggak mungkin terjadi sih mengingat kadar stress N belakangan ini gara-gara skripsinya. Astaga. Aku ini punya short attention span banget sih): Iya. Ini kita DI MANA sih??

Kami pun melangkah masuk dengan PD ke dalem, dan menemukan lebih banyak perubahan-perubahan lagi. Lantai yang semula pake ubin berkotak-kotak biasa sekarang pake linoleum (? maaf penulis bukan ahli dalam bidang perubinan), tembok-tembok bercat warna terang nan ceria, pintu-pintu yang dulu reyot dari kayu dan suka gak bisa dibuka kalo gagangnya copot (ya iyalah) dan bikin orang gak sengaja kekurung di kelas atau di ruang komputer sekarang pake pintu nan chic yang bahannya lebih bagus dan modelnya minimalis (ada yang warna lime green - warna kesukaanku! - btw) plus ada pula yang pake pintu kaca bak di mall segala. Modern banget deh.

Sekarang juga ada locker di tiap kelas (iri banget deh. Dulu kami harus membawa-bawa tas SUPER BERAT setiap hari, tau sendiri kan anak SMA bukunya banyak banget [buku cetak+buku PS+catetan+buku PR, belom lagi kalo ada LKS dan segala macemnya], sebelum kami punya meja berlaci di SMA dan memutuskan dengan pintarnya untuk memindahkan semua buku kami ke sana dan akhirnya setiap hari nyaris ga perlu bawa apa-apa ke sekolah), walaupun di sampingnya masih ada rak buat naro botol minum [khusus bagian SD(?)] yang menimbulkan nostalgia... terus sistemnya juga udah berubah.

Gak ada lagi stay di satu kelas sepanjang tahun, sekarang modelnya internasional jadi tiap pelajaran pindah kelas. Duh, gak enak banget... gak ada lagi dong kelas-kelas yang kompak dan asyik kaya jamanku dulu. Kalo kuliah pindah-pindah kelas sih gak papa, tapi kalo sekolah... dulu aku selalu benci sistem itu terutama kalo pisah kelas sama temen-temenku (yang kayanya selalu terjadi padaku) tapi setelah kupikir-pikir lagi, sistem itu bener-bener khas sekolah banget dan sayang kalo ditinggalin. Gara-gara itulah kelasku jadi kompak banget dan sampe sekarang pun masih terus contact anak-anaknya...

Tama si kucing petualang si calon koki hebat (juga bukan nama sebenarnya. Nama panggilan ini muncul gara-gara pada jaman dahulu namanya ditulis salah cetak di koran sekolah kami. Kami semua menganggapnya lucu sekali [kecuali dia, tentunya]. Jadi kalo sampe sekarang dia masih dipanggil begini, ini semua salah si penulis artikel) cukup histeris waktu ngeliat ruang PKK kami yang dulu basically cuma satu ruang kelas plus meja-kursi plus kompor dan tempat cuci sekarang berubah high-tech dengan alat-alat stainless steel yang kita bahkan gak tau namanya (oke, mungkin si Tama tahu, tapi kami yang dulu-PKK-cuma-main-masak-masakan-dan-bukan-masak-beneran-plus-cuma-milih-tuh-pelajaran-gara-gara-pilihan-satunya-Elektro-dan-daripada-kesetrum [mengingat kemampuan praktek fisika kami yang sangat diragukan]-mendingan-main-masak-masakan-kan?-plus-abis-itu-bisa-makan-enak-pula-DAN-halo-cowok-yang-kusukai-waktu-itu-juga-pilih-itu [don't judge!] sama sekali gak tau)

Lantai duanya lebar abis, bisa buat lari-larian plus main bola. V (tokoh utama kita!) juga bilang anak-anak cowok di kelas kami yang norak (diucapkan dengan nada penuh sayang, tentunya) itu pasti bakal langsung pake itu buat main bola kalo kami masih sekolah di sana.

... Masih belum nyampe inti ceritanya juga. Udah capek belum? Aku udah. Nyambung entri berikutnya ah. Sekali-kali bikin cerita bersambung biar misterius... *evil laugh*

...
Padahal sih aslinya males. Dan aku juga agak gak suka entri yang terlalu panjang, bikin scroll-nya gak kira-kira. Iya, aku kan perfeksionis.

Jadi: TO BE CONTINUED!

*ditimpukin segala macem benda dari berbagai arah*

Maaf ya, saya kan baru belajar nulis blog lagi! Mohon dimaklumi! Janji deh entri berikutnya akan di-post sebelum akhir abad ini.

*dibunuh*

Saturday, November 08, 2008

Just Another Family Dinner 2: A Sequel

0
Cerita lama sih... tapi si Droo ngotot nyuruh update, ya sudah ^^ Kenapa ya kalo update blog ini rasanya jadi males?

...krik, krik.

Ya iyalah.. gak ada yang baca gitu -__-; Well, kecuali satu-dua orang. Dan aku merasa di blog ini aku harus menulis kejadian yang lucu-lucu dan menghibur, gak bisa curhat soal hal-hal yang terlalu depresif gara-gara blog ini bisa diakses praktis siapa saja... sama sekali tidak aman untuk membeberkan rahasia terdalam hati seorang agen rahasia!

*angin berhembus*

Mm.. iya. Poinnya adalah: cerita tentang makan malam keluarga lainnya. Cerita favorit pembaca sekalian di mana pasti terjadi kejadian-kejadian menarik. Terutama kalo ceritanya featuring... ya, siapa lagi, Tante Jambu-Bol-Garis-Miring-Penyelundup-Botol-Equil favorit kita semua! Masih ingatkah kalian akan dia? Dia sudah muncul di dua cerita sebelumnya, yang pertama cerita Natal yang kalo nggak salah di blogku yang dulu, dan yang kedua cerita makan malam keluarga yang kayaknya ada di entry awal-awal blog ini (males banget nge-linknya).

Sebetulnya cerita kali ini nggak selucu yang sudah-sudah. Maklumlah, sekuel. Tahu kan gimana sekuel jarang bisa menandingi cerita aslinya.

Duh. Garing banget nih rasanya. Udah lama gak nulis dengan gaya seperti ini -_-;

Omong-omong, si Tante kemaren baru dateng ke rumah. Aku jadi merasa bersalah nih. Tulis nggak ya? *digaplok pembaca yang udah gak sabaran*

Ya udah, tulis deh. Kita buka saja aib keluarga ini...

Jadi ceritanya ini makan malam ulangtahun kakak dan omaku yang kebetulan tanggalnya bersamaan, dan dirayakan dengan makan-makan di Sushi Tei! Kenapa Sushi Tei? Karena mamaku nanya padaKU mau makan di mana. Ya, aku.

Mama: Enaknya makan di mana?
Aku: *memandang mama beberapa saat, mencoba mengira-ngira apa dia salah mengira aku sebagai kakakku. Rasanya nggak mungkin, soalnya 1) dia cowok dan 2) beda banget gitu loh. Tapi kalo nyebut nama emang sering salah. Seringnya tiga-tiganya disebut dan yang bener munculnya paling belakang. Mungkinkah ini gejala kepikunan yang mencapai tingkat berikutnya?*
Aku: Aku yang nentuin?
Mama: Iya.

Yang punya hajat siapa, sih?? Ya udah deh. Emang gue pikirin. Malah kesempatan bagus untuk memilih restoran favorit~

Aku: *dengan yakin dan tegas* SUSHI TEI!
Mama: Oke deh.

Hore! Kita makan sushi! Untuk suatu alasan yang tidak bisa dijelaskan, mengingat ini bahkan bukan ulangtahunku!

Sampai di sana, semua orang sibuk pesen sana-sini. Kecuali beberapa orang seperti papaku yang nggak begitu suka masakan Jepang, semua orang keliatan kayak belom makan seminggu, terutama yang cowok-cowok. Aku tentu saja memesan menu-menu favoritku dengan senang hati juga.

Papa: Duh, nggak ada yang enak ini...
Mama: Abis dia maunya makan di sini... *melirikku*
Aku yang inosen dan tak berdosa: *melotot* LOH??

Kok sekarang aku disalahin?? -___-; Jelas-jelas tadi memang aku yang disuruh milih. Udah tahu juga aku paling suka sushi. Dasar ibu-ibu >___>

Yah, akhirnya aku tidak mempedulikan tudingan tidak beralasan itu dan meneruskan makan. Lalu sampai waktunya pesan dessert! Sepupuku pesen entah apa dan aku pesen es krim wafer nikmat. Waktu pesenanku dateng, Tanteku yang terkenal itu tentu saja memberikan komentar kagum random-nya yang biasa:

Tanteku: Liat tuh, (ngomong ke sepupuku) pesenannya lebih lucu! *menunjuk pesenanku*
Aku: ....

Gak apa-apa. Sudah biasa kok. Serius ini dialog nggak dibuat-buat loh, btw. Orisinil. Aku juga nggak ngerti bagaimana dia bisa selalu melihat sisi yang nggak dilihat orang lain. Misalnya gimana dessert-ku terlihat lebih LUCU daripada punya sepupuku, dan dia mengatakannya seolah-olah sepupuku harusnya jealous atau berusaha memesan sesuatu yang lebih lucu lagi (oh ya, ini sepupuku yang sering "bersaing" denganku itu, pernah kuceritakan di entry lain juga, mungkin di blog lama. Setelah kakaknya mengikuti "jejakku" masuk kampus yang sama denganku, surprise surprise... dia memutuskan untuk masuk ke sana juga! Aku betul-betul memutar bola mataku waktu mamaku ngasih tahu berita ini. Ada apa sih dengan keluarga ini?? Dan dia juga meminta nasehatKU soal kuliah! Aku yang bukan cuma salah masuk jurusan tapi juga salah milih kampus!! Kalau dia betul-betul mau minta nasehatku, bakal kusuruh dia jauh-jauh dari kampusku, tapi kayaknya dia nggak bakal menganggapnya niat baik dan mengira itu undangan bersaing lainnya lalu malah masuk sana. Sigh... some families are just that dysfunctional.)

Kembali ke Tante kita yang spotlight-nya sempat teralihkan sesaat. Kalian tahu kan tempat... er.. jahe(?) di Sushi Tei yang ada penjepitnya buat ngambil, karena bentuknya lembaran? Well.. aku melihat Tanteku mengamatinya, lalu mengatakan kalimat terkenal itu:

Tanteku: Penjepitnya lucu ya.

Deja vu!! Deja vu Botol-Equil-ijo-ijo-bagus-itu!!

Aku yang mulai menyadari tendensi kleptomaniak ini mulai mengamati gerak-gerik tanteku dengan curiga. Dan benar saja!! Di akhir makan malam, dia mengeluarkan penjepit itu dari tempat jahe, membungkusnya dengan tissue, dan menyelundupkannya ke tasnya!!!! ARGGH, aku punya Tante Kleptomaniak Penjepit Jahe!! (Atau lebih tepatnya, Tante Kleptomaniak Benda-Benda Lucu di Restoran)

Aku cuma mengamatinya sambil melotot nggak percaya. Dan kali ini nggak ada seorang pun yang mencegahnya karena... nggak tahu deh. Mungkin karena penjepit itu nggak segede botol Equil. Tapi.. staf Sushi Tei yang malang!! Mereka nggak bakal menemukan penjepit jahe yang hilang secara misterius itu selamanya!! Aku sudah bisa membayangkan headline di koran-koran, "Penjepit Jahe Hilang Secara Misterius dari Restoran Sushi Tei, Pondok Indah". Hmm... mengingat kami reserve meja, mereka bakal tahu nama orang terakhir yang makan di meja itu sebelum si penjepit jahe menghilang. Dan.. nama kami akan tercemar selamanya. Lalu bagaimana kalau kami di-black list dari semua Sushi Tei gara-gara tanteku?? Tidakkk... Sushi Tei restoran favoritku!!

Omong-omong, dia juga membawa pulang tempat dessert sepupuku setelah isinya dihabiskan. Kurasa walaupun secara keseluruhan es krimku lebih lucu, sepupuku tetap menang karena dia punya mangkuk lucu sebagai tempatnya dan aku cuma punya piring biasa.

Argh. Aku betul-betul nggak kepingin melihat adanya Just Another Family Dinner 3.

Edited later

OMG. O.M.G.

Aku baru saja melihat kembali entry Botol Equil untuk membandingkan kedua kasus dan tahu apa paragraf pembukanya?

Adalah sebuah cerita tentang keluarga yang ingin mengadakan acara makan malam kecil-kecilan untuk merayakan ulangtahun kakakku dan omaku yang tanggalnya persis sama...

!!!!

KEDUANYA SAMA-SAMA MAKAN MALAM MERAYAKAN ULANGTAHUN MEREKA!!

Apakah ini artinya setiap tahun, saat kami merayakan ulangtahun kakak dan omaku, tanteku bakal menyelundupkan sesuatu dari restoran? Apakah ini pola behavior kleptomaniak tersebut? Apakah para petugas yang menginvestigasi bisa langsung melihat kesamaan ini dan menangkap kami pada family dinner berikutnya??

So much for hoping there won't be another sequel.

Thursday, June 26, 2008

Executive-Class-Newbie on A Plane [Snakes on A Plane: A Sequel]

2
Mmm.. oke, cerita ini memang udah lama banget. Tapi sayang kalo gak dimasukin. Waktu kejadiannya aja panik banget nyari-nyari bolpen dan kertas untuk nulis supaya jangan sampe lupa. Sayangnya bolpen ada di tas tapi ga ada kertas di dalam pesawat. Adanya cuma kantong buat muntah, dan... aku gak mau diliatin pramugari dengan curiga lagi nulis-nulis di atas kantong itu. Yep, akhirnya... berjuta-juta tahun kemudian baru cerita ini bisa didokumentasikan.

Jadi begini ceritanya, kira-kira seminggu lalu aku kabur ke Singapore lagi untuk men-stok ulang buku-buku berbahasa Inggris keren yang kayaknya ada di semua negara kecuali di sini. Lalu entah bagaimana aku berakhir dengan tiket Executive Class sementara mamaku di Economy Class. Jadilah aku duduk sendiri, tanpa teman, sendirian...

Di Executive Class.

Ini baru kali keduanya aku duduk di sana. Yang pertama terjadi beberapa waktu lalu, waktu aku, mama, papa, dan kakakku lagi jalan-jalan ke Bali. Dalam perjalanan pulang, waktu mau masuk pesawat, tiba-tiba si pemeriksa tiket memanggil kami dan menyuruh kami tunggu sebentar. Kami berpandangan panik. Apakah kami ketahuan menyelundupkan barang ilegal? Apakah paspor kami palsu? Apakah kami diduga sebagai teroris? *ditimpuk karena kebanyakan nonton film action*

Ternyata, kami di-upgrade ke Executive Class.

Tapi kejadian itu ternyata nggak banyak menolong, mengingat kekacauan yang terjadi pada perjalanan kali ini. Aku sudah lupa pengalaman dulu itu, jadi masih agak norak deh waktu terbang ke Singapore itu. Well, intinya sih, kalo duduk di sana, pramugari rajin mondar-mandir ngasih segala macem. Kayaknya jarang banget dapet waktu untuk sendiri. Awalnya dikasih minum (dalam gelas, sementara di Economy Class dalam kemasan plastik yang harus dibuka sendiri dan kalau sampe muncrat dalam prosesnya tanggung sendiri akibatnya), dan sesudah itu take off tak lama kemudian. Aku cukup senang karena sebelahku kosong, bahkan kursi di seberang gang barisanku juga kosong. Hmm... serasa private jet sendiri.

Setelah take off, aku memundurkan sandaran kursi. Secara instingtif memencet tombol yang paling depan. Ups. Lho? Kok malah sandaran kaki yang naik? Aku nunduk dan ngeliat ternyata ada tiga tombol. Hmm, satu untuk mundurin dan satu untuk majuin lagi. Yang kupencet tadi buat sandaran kaki. Biasanya di Economy cuma ada satu. Setelah mempelajari ini, aku memencet tombol yang benar, dan mumpung tuh sandaran kaki dah setengah keluar, kupencet juga biar keluar sekalian.

Ahh... nyaman.

Waktu makan pun datang. Untungnya aku ingat fakta yang satu ini dari penerbangan di Executive Class sebelumnya; meja ada di bawah handrest, bukan di sandaran kursi depan. Dengan bangga mengeluarkan meja sebelum si pramugari datang untuk menghidangkan makanan (yang entah bagaimana aku cuma dapet sisa dari 2 pilihan yang ada, padahal penumpang di kelas itu sedikit. Huff...). Ternyata makan sambil sandaran kakinya naik itu nggak enak. Nah, waktu aku mau nurunin lagi inilah sedikit masalah terjadi.

....
....
....

Yang mana tombolnya??

Aku memeriksa tombol di handrest sebelah kanan. Ada gambar sandaran kaki lagi, tapi waktu kucoba gak terjadi apa-apa. Yang ada malah tuh sandaran makin melorot ke bawah. Duh. Gimana cara naikinnya lagi?? Sial. Sial. Nanti pas mendarat kan semuanya harus dibalikin ke posisi awal. Haruskah aku nanya dan mengaku aku gaptek di Executive Class? Panikpanik.

Aku memutuskan untuk makan dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Masih banyak waktu untuk mencari tahu cara mengembalikannya ke awal... Setelah selesai makan, sang pramugari yang setia melayani menawarkan sekontainer kecil es krim Haagen Dasz. Haagen Dasz! Yang mahal itu! *norak mode: ON*

Aku segera mencomot yang rasa cokelat dengan PD. Setelah sang pramugari pergi, aku menatap tu kontainer kecil. Mmm... sendoknya mana ya? Aku memeriksa peralatan makanku dan hanya menemukan satu sendok. Hm. Hm. Aku memutuskan untuk membuka tutupnya saja, berharap sendoknya akan muncul secara ajaib di dalamnya...

Dan ternyata, memang ada sendok di dalam sana. Oh.

Yah, setidaknya, kurasa itu sendok. Bentuknya agak gak jelas. Dua ujungnya bulet dan panjangnya gak seberapa. Lebih mirip tutup kaleng Coca Cola tanpa lubang. Meskipun gak yakin aku bisa makan dengan itu, dan masih gak yakin itu memang sendok, akhirnya aku memakainya dengan PD, berdoa agar si pramugari gak ngeliat trus ngedatengin dan menjelaskan dengan sopan bahwa itu bukan sendok, melainkan... apalah. Benda nggak penting yang tidak seharusnya dipakai untuk makan pokoknya.

Tapi aku berhasil menghabiskan es krim itu dengan tenang, walaupun sedikit susah payah. Setelah semua peralatan makan dibereskan, aku kembali mengutak-atik tombol-tombol untuk mencari cara mengembalikan sandaran kaki sialan itu ke posisi awal. Kudorong-dorong sekuat tenaga tapi gak ada yang berhasil. Akhirnya aku memutuskan untuk baca buku aja dan menghadapi yang harus dihadapi kalau sudah waktunya saja.

Di tengah-tengah kegiatan membaca, tiba-tiba mendapat pencerahan. Kenapa gak pake tombol yang sama yang tadi buat ngeluarin aja? Kucoba lagi tuh tombol. Kudorong sekeras mungkin tuh sandaran. Dan... bergerak! Akhirnya! Yay! Ternyata memang tombol itu. Dan ternyata memang butuh sedikit tenaga. Berhasilllll.

Sebelum mendarat, si pramugari menyuruhku mengembalikan sandaran kursi ke posisi awal. Tidak lupa dengan petunjuk "tombol yang paling belakang". Yang ITU sih aku tahu.

Monday, May 05, 2008

And The Award For Cheesiest Speech Goes To...

3
Hmm.. kemaren waktu lewat kampus kebetulan mendengar speech-nya para calon-calon Miss Kampus Kita Tercinta. Cukup menarik sebetulnya. Dua yang kuinget jelas:

Cewek-Entah-Siapa: "Saya dan teman-teman saya, keduabelas finalis yang ada di sini saat ini, semuanya berbeda-beda. Kami bagaikan pelangi yang berwarna-warni..."

Terakhir kali aku belajar tentang pelangi, kayanya warnanya cuma tujuh deh. So kira-kira kalo sampe dua belas ditambahin warna apa aja ya?

Cewek-Entah-Siapa-Lagi: "Hari ini... saya berdiri di sini... bukan karena kekuatan saya sendiri. Bukan karena kemampuan saya sendiri..."

Karena Cinta-kah? Itu loh, lagunya Joy si Indonesian Idol.

Cewek-Entah-Siapa-Lagi melanjutkan pidatonya, sayangnya bukan dengan kata-kata "Karena cinta". Lupa dia bilang karena apa. Tapi sumpah deh, poinnya adalah, waktu aku ngedengerin semua speech super puitis dan inspirasional itu, yang ada pengen ngakak keras-keras. Tapi kan gak enak, ntar disangka gak waras.

Tapi beneran deh. Mereka itu SERIUS ya? Mereka SERIUS berpikir pidato itu BAGUS? INSPIRASIONAL? OMG. Aku emang gak pernah tertarik untuk aktif dalam kegiatan sekolah atau apa, tapi... aku juga nggak pernah membayangkan kalo speech-speech itu bisa begitu... cheesy. Pretty much made me cringe. SERIUS DEH. Entah apa yang dijanjikan atau diajarkan kampus kami, tapi yang jelas itu benar-benar menggelikan sekali. Dan aku yakin orang yang nggak sesinis aku pun bakal setuju, jadi ini bener-bener penilaian yang objektif.

Ugh. Still can't get over how cheesy that whole thing was. UNBELIEVABLE.